Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi Artikel Utama

Perjalanan Anjing Jantan

10 Februari 2010   18:59 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:59 261 0
[caption id="attachment_71964" align="alignleft" width="300" caption="jika anjing terabadikan karena kejujurannya, masih adakah manusia yang masih layak untuk diabadikan? (Photo: Google)"][/caption] Mengendus, membaui, mencium. Tetapi karena hanya seekor anjing, kecenderungan kalimat yang dipandang lebih layak di tuliskan di helai-helai bulunya hanyalah mengendus. Saya melihat kawanan anjing jantan itu di mana-mana. Sebagian beruntung memilimi bulu-bulu yang bersih dan enak untuk dpandang, meskipun ia tetaplah seekor anjing. Sebagian mencoba untuk tetap menjaga bulunya tetap bersih, tetapi anjing-anjing jantan ini tidak berani untuk memaksa masuk ke rumah-rumah manusia yang dilewatinya karena kekhawatiran disiram dengan air panas, atau bahkan dilempar dengan batu oleh anak-anak manusia. Anak-anak yang dalam epos kancil disebut sebagai bukan manusia, tetapi tegas sekali disebut olehnya sebagai bakal manusia. Menyedihkan. Mereka yang menjadi anjing yang memang memiliki tubuh penuh kurap, berkudis, bau. Meski tidak mengkhawatirkan, namun tetap menjadi sasaran lemparan batu bakal manusia yang sering disebut dengan anak-anak. Air panas juga bisa dengan mudah tersiram ke tubuh mereka, kendati dalam hatinya tidak terbetik niat untuk sekedar mencuri sepotong dagingpun dari rumah-rumah manusia itu.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun