Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Astrea Sayang dan Pangeran dari Kahyangan

7 Februari 2021   21:43 Diperbarui: 7 Februari 2021   22:12 459 8


Astrea 800-ku tiba-tiba tak bisa kupacu

baru saja kuberbelok ke kiri dari Carel Sasuit Tubun No. 1

tugu Kartini masih tampak di cermin cembung kaca spionku

dr Wahidin, tujuan akhirku,
masih berkilometer lagi

Oh tidak! Apa yang terjadi padamu, Astrea Sayang?

jalanan lengang, tak banyak yang lalu lalang

menepi, ku menepi,
Astrea berdiri miring di standar samping

: tak ada bunyi mesin

: tak ada masalah dengan bensin

kuperiksa sana sini dengan bekal ilmu otomotif minimalis

seragamku putih abu-abu, kelas satu

kemeja putih badge coklat OSIS di kiri

sulaman nama di dada kanan

rok selutut abu-abu sepatu kets hitam bertali

kaos kaki putih panjang menuju lutut menutup betis

keringat dingin mulai membanjir

terbayang banyaknya tumpukan hutang tugas sekolah madrasah

hafalan, nahwu, shorof, kitab kuning, dan usul fiqih dari ustadz dan ustadzah

belum lagi wajah ayah, ibu dan adik-adik yang menunggu di rumah

lalu datang pemuda itu

bagai Pangeran Kahyangan menepikan sepeda motornya tepat di depanku

: kulitnya putih

: wajahnya indah

: senyumnya ramah

cekatan ia memeriksa Astrea Sayang

tak berapa lama, Astreaku menyalak girang, siap kupacu kembali ke rumah

Pangeran Kahyangan memamerkan sederetan gigi rapi yang menawan

ucapan terima kasihku malu-malu lirih tersampaikan

sayangnya kami tak sempat kenalan

bahkan tak kudengar sepotong kata pun dari bibir Sang Pemuda Rupawan

jalan HOS Cokroaminoto jadi saksi

: seseorang berhati malaikat membantuku membujuk Astrea Sayang melaju kembali

kucari-cari sosoknya seantero SMA, hasilnya tiada

barangkali ia memang Seorang Pangeran yang diturunkan Tuhan dari Kahyangan

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun