Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi Pilihan

Deja vu

21 Januari 2021   05:40 Diperbarui: 21 Januari 2021   05:48 206 4
Sulur-sulur waktu menjulur

mengulur rasa timbul tenggelam

menghadirkan yang dulu-dulu dari kehidupan sebelum

satu, dua, tiga detik sensasi

beradu berpadu tak bisa dijelaskan dalam kata-kata

gelombang semesta mengalun tak terelakkan




Titik- titik temu yang semu antara kau dan aku

lagi dan lagi

berulang kali

hadir nyata dalam rasa, walau kau tiada



Wahai ...!

engkau dimana?

engkau dimana?

engkau dimana, sesungguhnya?

aku gila mencarimu tak kunjung jumpa




Kau:
yang tak kutahu siapa

selalu menjajari langkahku

setiap kali kutaklukkan puncak-puncak gunung di pelosok negeri-negeri

selalu menawanku dalam tenung

hadir nyata, namun mengapa hanya ada dalam rasa?



Sedangkan rasa ingin jumpa ini

demikian berat,

demikian pekat,

bagai kabut Rinjani saat purnama di Nakshatra Shravana


Dua dasa warsa terlewat

rindu yang kuemban dengan selendang kencana

tak bisa lagi tertampung

meluap-luap melampaui sang wadah

ketika kudaki lagi puncak berkabut Hargo Dumilah



Kuberikan diriku penuh seluruh dalam suwung

keheningan yang kokoh menguatkan

lalu sekali lagi

kau menawanku dalam tenung

kali ini hadirmu penuh

jiwa dan raga


tangisku pecah

dadaku buncah

jejak bibirmu di keningku

melumat dunia dan seisinya

lebur menyatu

berpusat di kita





Alam semesta terdiam



04:59
21 Jan 2021

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun