Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Aku Pramuria

28 Maret 2015   14:47 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:52 91 1
Entah suami siapa yang aku goda tadi malam. Aku tak peduli. Yang penting dia senang, aku juga senang. Hahaha... Lagipula, pekerjaan ini bisa membuatku kaya. Apa yang musti ditolak?

Tiap hari pulang malam tanpa ada orang yang tau apa yang aku lakukan sebenarnya. Sering memang, aku seperti mendengar tetangga membicarakanku. Kata mereka, anak gadis seharusnya tidak pulang larut malam. Dan mulailah mereka menuduhku melakukan hal-hal tidak baik. Cih.. Mereka seperti lebih tau aku daripada diriku sendiri.

"Shift malam lagi, Ve?" tanya Mama malam itu.

Aku hanya mengangguk mendengar pertanyaan Mama. Bagaimana bisa anak gadis yang dia banggakan, yang dia sekolahkan sampai S1, yang menjadi harapan Mama dan Papa, bisa bekerja seperti ini. Tak tau lah, Ma. Aku sendiri tidak begitu ingat penyebabnya.

Mama sendiri tidak begitu tau apa pekerjaanku. Yang dia tau hanya aku bekerja sebagai karyawan serabutan di perusahaan ekspor impor. Perusahaan fiktif yang aku catut namanya sudah lumayan terkenal. Setiap Mama bertanya kenapa aku selalu dapat shift malam ya aku jawab saja kalau perusahaan terkadang mewajibkan karyawannya berkomunikasi langsung dengan orang di penjuru dunia. Perusahaan harus menyesuaikan jam kerja dengan orang yang dihubungi. Makanya bisa sering shift malam. Geli sendiri saja pas aku harus menjelaskan ini ke Mama. Perusahaan apa? Penjuru dunia sebelah mana? Maaf ya, Ma..

Hanya Mama yang aku punya sekarang. Apapun akan aku lakukan demi kehidupanku dan Mama yang lebih layak. Lima tahun yang lalu, Papa dan Mamaku mengalami kecelakaan mobil. Nyawa Papa tidak terselamatkan, sementara Mama harus rela kehilangan penglihatannya karena benturan di kepala. Praktis, sekarang hanya sedikit pekerjaan rumah yang bisa dia lakukan. Tapi aku tetap menghargai usaha Mama. Mamaku memang Mama yang terbaik!

Jilbab sudah aku pasang menghiasi mahkotaku yang berharga. Ya.. ini memang aku gunakan sebagai penghias semata. Sebagai sebuah penutup sementara pekerjaanku dari dunia luar. Toh, di tempat kerjaku, aku juga akan menggunakan seragam khusus. Bahkan terkadang tidak memakai seragam apapun. Hihihi..

Pekerjaan ini, menyenangkan. Setiap hari bertemu orang baru, membuat mereka sejenak melupakan kehidupan yang begitu-begitu saja. Menyenangkan para hidung belang yang mencari kesenangan lewat jalan lain. Aku menikmatinya. Setiap buaian, setiap belaian, setiap sentuhan tangan kasar mereka, tapi aku menikmatinya. Suara manja yang keluar dari mulutku pun ikut campur dalam hal ini. Memberi sensasi kehangatan yang berbeda kala itu. Aku sungguh menikmatinya.

Sampai suatu hari dia datang...

Menyapaku bukan dengan mobil porsche keluaran terbaru, tapi dengan kesederhanaan yang dia punya. Memberikan senyuman hangat padaku dengan tulus. Membuatku sadar bahwa dunia ini luas. Banyak sekali kebahagiaan lain yang bisa aku raih di luar sana yang tidak bisa dibeli dengan uang.

Lalu kami sempat dekat...

Tapi, aku sadar. Tidak akan ada laki-laki yang ikhlas menerima wanita yang sudah pernah tidur dengan laki-laki lain. Tidak akan ada laki-laki yang mau denganku! Apalagi Alicia juga sudah satu tahun sekarang. Malaikat mungilku yang sekarang terpaksa hanya bisa aku kunjungi tiap dua hari sekali. Dia aku titipkan di panti asuhan karena aku tidak ingin membuat Mama kena serangan jantung. Aku tidak begitu yakin siapa ayahnya. Alicia malang.. mencari ayah baru pun susah buat bunda, Sayang..

Laki-laki itu, entahlah, apa aku benar-benar mencintainya tulus atau untuk status semata. Dia cukup tampan dengan lesung pipit yang menghiasi kedua pipi manisnya. Pandangan mata tajam yang seakan menembus ke ulu hatimu, mengetahui secara akurat apa yang kamu rasakan saat itu. Suaranya yang terdengar lembut tapi juga tegas, jantungku berdegup kencang dibuatnya.

Mungkinkah.. kami berjodoh..?

Dia mulai membuka mulutnya. Menyuapkan sendok demi sendok nasi goreng kambing ke dalam mulut. Ya.. ini adalah kencan kami yang kesekian. Aku sampai sekarang pun masih bertanya-tanya. Bagaimana sampai dia mau denganku?

Dia tau apa profesiku tapi tidak pernah sekalipun dia membicarakannya. Sering memang dia menegurku tapi tidak secara langsung. Ya menyuruh sholat lah, ya puasa lah. Tapi aku tidak bisa melakukan itu setiap hari. Pekerjaanku tidak memungkinkan.

Ingin rasanya suatu hari nanti dia bisa melamarku. Ditemani cahaya rembulan remang-remang. Dia mengeluarkan sebuah kotak kecil dari dalam saku celananya, kotak perhiasan. Ketika dibuka, isinya cincin! Aku tidak begitu peduli berapa karatnya, asalkan dia bersedia menerima aku dan Alicia saja sudah cukup. Lalu kami akan hidup bahagia selamanya. Aku akan meninggalkan kehidupanku yang sekarang dan mulai menuangkan tinta di lembaran kehidupan yang baru.

Is he the one? Or am I only dreaming?

Entahlah.. dia masih sibuk dengan nasi goreng kambingnya. Yang sekarang ada, akan aku nikmati dulu. Alicia, sabar ya Nak..

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun