Sekitar pertengahan tahun 2012, aku sedang duduk di halte Rawasari menunggu bis 43 jurusan Priuk-Cililitan. Ketika itu aku sedang serius membaca novel, ada seorang pengamen membawa gitar. Seperti umumnya pengamen, dia berantakan, rambut kriting gondrong seperti tidak pernah dicuci setahun dan sepatu yang sudah minta diganti.