Kita mungkin adalah gambaran nyata lagu-lagu kepedihan, syair kita mungkin berisi duka nestapa mungkin juga ratapan cinta, namun kembali lagi persoalan berbalik kepada kita, apakah kita mampu membawakan kepedihan tetap dibungkus dengan kemasan yang baik sehingga kotak kepedihan itu tidak menjadi dampak buruk bagi sesama? Penyair dan penyanyi Didi Kempot memahami bahwa hati yang gembira itu sifatnya independen, ia tidak dirisaukan oleh patah hati dan tidak diinterupsi oleh rasa galau karena tidak mencapai apa yang kita inginkan perihal hati.
Kita mungkin juga Fajar sadboys yang memang tidak bisa menampik rasa lara dan sedih yang kita alami oleh karena perasaan patah hati, namun perhatikan, Fajar memilih sikap polos dan lugu, ia membalikkan keadaan, patah hati tidak mengubur harapan dan mematahkan asa, namun ia menjadikan patah hati sebagai lonjakan lebih tinggi. Dengan tanpa bermaksud menjual kepedihan, Fajar mampu menunjukkan bahwa patah hati tidak lebih dari bagian sementara kehidupan, tidak menganggu dan bukan faktor penentu kelanjutan masa depan kehidupan kita.
Tujuan utama respon dari kedua sosok di atas, dan utamanya Almarhum Didi Kempot sebagai teladan dan panutan tokoh kesenian, kita belajar sungguh bahwa patah hati adalah hal biasa, respon kita yang menjadikan keadaan menjadi istimewa. Saling menyemangati dan sambil bernyanyi tentang kepedihan,Â
KEMBALI KE ARTIKEL