Mohon tunggu...
KOMENTAR
Travel Story Artikel Utama

Yang Mblenduk di New Nglepen Village

17 Maret 2010   08:47 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:22 542 0

Kalau Semarang punya bangunan unik berbentuk kubah yang diberi nama Gereja Blenduk, maka di Jogja juga ada bangunan yang hampir sama dan disebut sebagai Masjid Blenduk. Meskipun sama-sama berfungsi sebagai tempat ibadah dengan bentuk ‘mblenduk’, keduanya memiliki perbedaan yang cukup signifikan. Gereja Blenduk dibagun oleh bangsa Portugis pada tahun 1753 dengan ciri arsitektur Eropa klasik bergaya pseudo baroque yang megah, dengan 2 menara lonceng di kanan kirinya. Nah kalo Masjid Blenduk? Masjid Blenduk dibangun pada Oktober 2006 oleh LSM WANGO (World Association of Non-Governmental Organization) bekerjasama dengan Domes for the World Foundation (DFTW). Bentuknya sangat sederhana dan tentu saja tidak sebesar serta semegah Gereja Blenduk.

Kenapa tiba-tiba saya ngomongin tentang bangunan yang mblenduk-mblenduk?

Hal ini dikarenakan beberapa waktu yang lalu saya jalan-jalan ke sebuat tempat di bilangan timur Jogja dan menemukan bangunan-bangunan lucu mirip rumah telletubies. Upz nampaknya kalimat saya perlu diralat. Saya tidak menemukan secara tidak sengaja bangunan tersebut, namun memang berniat main ke lokasi dibangunnya rumah blenduk itu. Seperti biasa, hanya berbekal secuil ingatan dari berita yang pernah saya baca tentangKompleks Rumah Domes (ini nama aslinya), saya lagi-lagi berhasil mengajak dengan paksa kawan saya untuk berpetualang bersama Dora mencari lokasi bangunan-bangunan lucu tersebut.

Setelah nanya sana-sini dan sedikit debat dengan kawan saya, akhirnya kami menemukan lokasi rumah-rumah tersebut.  Kompleks Rumah Domes ini cukup unik,menarik, dan bisa dijadikan sebagai referensi mblusuk. Siapa sangka, di balik bangunan ‘lucu’ tersebut terselip kisah duka yang mengawali proses pembangunannya.

Mei 2006, gempa meluluhlantakkan Jogja dan sekitarnya. Saat itu ada satu daerah yang mengalami kerusakan total, yakni Dusun Sengir. Dusun yang terletak di daerah perbukitan tersebut tanahnya ambles, sehingga rumah-rumah warga yang ada di wilayah tersebut hancur. LSM WANGO dan DFTW pun menawarkan bantuan untuk membuatkan rumah percontohan tahan gempa dan api bagi warga Dusun Sengir. Banyak perdebatan yang mengiringi proses pembuatan rumah tersebut. Yang tidak sesuai dengan budaya lah, yang bentuknya aneh lah, yang tidak sesuai dengan karakter masyarakat Indonesia lah, yang ini lah, yang itu lah, dan yang lah-lah lainnya. Pada akhirnya sih warga Sengir mau direlokasi ke tempat tersebut.

Saat ini warga yang tinggal di Rumah Domes menyebut kompleks perumahan mereka dengan nama New Nglepen Village (keren euy namanya). Desa Telletubies ini sudah terdaftar di Kabupaten Sleman sebagai salah satu Desa Wisata yang menawarkan program homestay. Saat berkunjung kesana saya sempat ngobrol dengan Pak Sakiran yang mengelola administrasi Desa Wisata. Saya juga mampir ke rumahnya yang sekaligus menjadi pusat informasi bagi wisatawan.Tidak hanya mampir sejenak, tapi saya diijinkan ngublek-ublek tiap ruangan yang ada di rumah Pak Sakiran, bahkan sampai naik-naik ke lantai 2 buat ngambil gambar :).

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun