Mohon tunggu...
KOMENTAR
Edukasi Pilihan

Anak-Anakku, Buah Hatiku (Sulungku) Bag 1

6 November 2014   21:57 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:27 76 1
Selalu menyenangkan menjadi orang tua, dengan segala lika-likunya, berikut segala suka-dukanya.

Orang tua sungguh selalu mendambakan kebahagiaan bagi anak-anaknya.

Bagi ibu, tiada kebahagiaan yang lebih daripada mengetahui bahwa dirinya mengandung.  Mengetahui bahwa di dalam rahimnya sedang tumbuh dan berkembang janin yang merupakan bagian dari dirinya, adalah sebuah nikmat dan karunia yang tiada tandingannya. Betapapun berat, dan penderitaan yang dialami oleh seorang ibu ketika mengandung, jauh di lubuk hati, kebahagiaan yang tak dapat disembunyikan.

Demikian juga halnya dengan saya. Sejak mengandung anak pertama sampai anak ketiga, semuanya selalu diiringi dengan bahagia. Bahagia yang berbeda untuk masing-masing anak, diselipi kekhawatiran akan kesehatan sang jabang bayi , pada masing-masing anak juga berbeda rasanya.

Saat mengetahui mengandung anak pertama, kebahagiaan tiada tara yang saya rasakan, tidak terkira rasanya. Namun kekhawatiran yang saya rasakan juga sangat besar. Maklum , pengalaman pertama mengandung.

Kehamilan pertama ini sama sekali bebas dari "morning sickness", tak ada rasa mual berlebihan. Yang saya rasakan hanyalah rasa ingin makan yang lebih dari biasanya.

Dokter kandungan yang saya temui , saya cari dari "yellow pages", karena zaman itu belum ada mbah Google untuk ditanya.  Pilihan jatuh pada seorang Prof.dr ahli kandungan yang berpraktek di kawasan blok S, Kebayoran Baru (menyesal saya lupa nama beliau).

Pemeriksaan kandungan berjalan setiap bulan, dan alhamdulillah kehamilan dinyatakan sehat. Jabang bayinya aktif, tumbuh kembangnya juga normal, menurut sang Profesor.

Menjelang 3  bulan kelahirannya , seiring dengan kepindahan lokasi tempat tinggal, sayapun memindahkan pemeriksaan ke dokter kandungan berbeda. Masih sangat saya ingat , saat itu wajah sang dr.Sofyan (nama ahli kandungannya) yang berbinar matanya, mendapatkan surat keterangan medis dari Prof.dr. ahli kandungan saya yang di blok S. Ternyata sang profesor adalah dosennya. dr.Sofyan sendiri mengatakan, saya akan simpan surat ini, "ini kehormatan buat saya," begitu kata beliau.

Anak pertama saya ini lahir tidak sesuai dengan teori 9 bulan, karena ia lahir pada usia kandungan yang baru masuk 8 bulan. Dimulai saat saya terpeleset di tangga, saya melangkahi satu anak tangga, sehingga ada dorongan yang kuat saya rasakan pada rahim. Sejak itulah, perut saya merasakankontraksi. Pagi terjadi peristiwa saya terpeleset di  anak tangga, sore saya langsung ke dr.Sofyan di tempat prakteknya.  Mulai dari sore itulah, kontraksi berjalan sesuai teori.

Entah karena saya selalu melakukan aktivitas rumah tangga sendiri, dan selalu menjaga asupan nutrisi, entah karena si jabang bayi juga mengerti bahwa saya buta sama sekali soal kehamilan, maka proses persalinan benar-benar sesuai teori, mulai dari kontraksi tiap 30 menit, hingga setiap 5 menit, dan akhirnya, tanpa kesulitan berarti, sayapun melahirkan anak pertama secara normal dengan sukses.

Bayi perempuan yang cantik, berkulit putih, sehat, lahir dengan berat 3,3 kg panjang 49 cm.  Anak pertamaku yang kemudian kuberi nama Ratna Indirani Savitri. Nama yang terinspirasi dari kecantikan  sepupu dari pihak saya (Retno Indiraningsih), dan kepandaian sepupu dari pihak suami (Rani).

Ratna sendiri berarti "perhiasan /permata" (arti mana saya dapatkan dari berbagai buku, Indira sebenarnya juga saya ambil dari tokoh India yang pada masa itu (1985) Indira Gandhi, yang perjuangannya banyak dibicarakan orang. Sedangkan "Savitri" jika dirangkai dengan Ratna, maknanya menjadi perempuan yang suci.

Kebahagiaan yang aku rasakan setelah kelahiran anak pertamaku ini, juga menjadi kebahagiaan bagi orang tua dan mertuaku. Rani (begitu sapaan untuk anak sulungku ini) menjadi kesayangan semua .

Rani tumbuh sehat, cantik,lucu dan menggemaskan. pada perkembangannya kemudian, Rani juga menjadi anak yang pandai di sekolah. Nilainya di raport SD nya selalu 9 dan 8. Sulungku ini bukan lahir sebagai anak jenius atau pandai, tapi dia tumbuh sebagai anak yang rajin belajar dan ulet. Rani selalu membuat aku bangga dengan kerja keras dan kerajinannya. Ia suka sekali berenang, dan mudah untuk dinasihati. Rani tampil memikat hampir semua orang yang bertemu dengannya. Hal ini terus berlangsung hingga usia dewasanya. Rani selalu mudah disayang.

Sayang di usia kelulusan SMA nya aku telah mengecewakan dia. Kesalahan terbesar yang pernah aku buat untuk anakku di saat usianya remaja. Rasa bersalah ini akan terus aku bawa sampai mati. Karena , di saat Rani duduk di bangku kelas 3 SMA aku meninggalkannya, karena perceraianku dengan suami. Semoga saja Rani memaafkan kesalahanku ini.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun