Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi Pilihan

Malam, Sisa Hujan dan Jiwa Berjelaga

21 November 2021   08:22 Diperbarui: 21 November 2021   08:25 393 7
Malam yang kembali datang bertandang tanpa membawa bulan dan bintang seperti malam sebelumnya, tetaplah malam yang mengabadikan kisah seseorang tentang sebuah perjuangan melewati hidup diantara ada dan tiadanya harapan.

Hujan yang mencucur dari langit tadi, menamsilkan pula tentang sebuah perjuangan bahwa untuk mengejahwantakan harapan itu tidaklah teramat mudah.

Ia sama seperti jumlah hujan yang Tuhan jatuhkan dari langit sana, amatlah banyak. Tiada seorangpun bisa menghitung ketika jarum-jarum air dari langit itu menusuk tanah, punggung daun, atap-atap rumah atau menerabas masuk ke dalam pori-pori tubuh yang sudah lelah seharian penuh mengejar harapan tadi.

Jiwa-jiwa berjelaga yang menerima kehadiran malam tanpa bulan dan bintang, lalu menyuguhkan secangkir kopi berwarna hitam pekat seperti rasa hidup mereka yang teramat pahit, namun mereka tak bisa berbuat apapun, kecuali bersedekap, ikhtiar dan selebihnya mengharapkan air hujan berubah menjadi emas permata yang warnanya berkilauan seperti matahari ketika terang benderang di kala petang.

Bulan lalu mengintip setelah kepergian hujan dari balik awan-awan yang bergelung, seakan ingin menunjukkan kepada jiwa-jiwa berjelaga tadi, bahwa ia masih setia dengan malam.

Dan harapan itu, apakah masih ada setelah esok hari, dengan malam dan sisa hujan yang tetap sama?

(21/11/2021)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun