Mohon tunggu...
KOMENTAR
Kebijakan Pilihan

Transformasi Digital: Palapa Ring dan Satelit Satria Sama Pentingnya

9 November 2022   07:57 Diperbarui: 9 November 2022   08:05 425 1
Bicara jaringan telekomunikasi, Indonesia sesungguhnya saat ini belum sepenuhnya merdeka. Indonesia masih jauh tertinggal jika dibandingkan dengan negara-negara lainnya di dunia.

Jangan bicara tentang daerah Jawa, atau Bali. Barangkali dua daerah itu, termasuk sebagian besar Sumatera, sudah merdeka dalam urusan jaringan telekomunikasi.

Namun, coba tengok beberapa daerah pelosok di timur Indonesia, seperti di Nusa Tenggara Timur (NTT). Belum semua menikmati jaringan telekomunikasi. Sinyal masih jauh. Kalaupun ada, tak mudah mendapatkan jaringan yang bagus.

Dalam banyak kesempatan misalnya, saya mengalami sendiri betapa sulitnya menikmati jaringan telekomunikasi di beberapa daerah di Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, termasuk di kampung halaman saya, Desa Rego, Kecamatan Macang Pacar, Manggarai Barat.

Saya juga menyaksikan langsung,  betapa hiruk-pikuknya guru bersama para siswa saat ujian, hanya untuk mencari jaringan internet. Mereka rela mencari jaringan internet hingga ke bukit-bukit.

Saya juga menyaksikan orang-orang rela memanjat pohon, hanya untuk mendapatkan sinyal. Sungguh sangat memprihatinkan.

Apa yang saya alami dan lihat, tentu hanya salah satu contoh kecil betapa kita belum sepenuhnya merdeka sinyal. Boleh jadi, ada banyak situasi serupa juga terjadi di daerah lain yang belum terjangkau jaringan telekomunikasi.

Negara Hadir

Di tengah situasi ini, pelan namun pasti negara mencoba hadir. Pemerintahan Presiden Joko Widodo melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) secara perlahan berjuang membawa Indonesia menuju era merdeka sinyal.

Daerah-daerah terpencil yang selama ini tidak pernah membayangkan lebih cepat menikmati jaringan telekomunikasi, kini sudah mulai menikmatinya.

Belum semuanya memang. Namun, pemerintah menargetkan seluruh daerah di Indonesia bisa segera menikmati jaringan internet.

Tentu ini bukan hal mustahil. Sebab pemerintah, dalam hal ini Kementerian Kominfo terus berupaya mempercepat pembangunan sarana infrastruktur jaringan telekomunikasi.

Ya, di bawah pimpinan Menkominfo Johnny G Plate, pemerintah memang terus menggenjot akselerasi transformasi digital di Indonesia. Salah satunya dengan melakukan percepatan dan pemerataan pembangunan infrastruktur digital.

Pembangunan Tol Langit Hingga Satelit

Ini juga alasannya, pemerintah mendorong upaya percepatan tranformasi digital di melalui pembangunan sarana infrastruktur jaringan telekomunikasi backbone nasional, yaitu pembangunan Palapa Ring Integrasi sebagai perluasan jaringan fiber optik Palapa Ring yang telah eksisting saat ini.

Palapa Ring Integrasi merupakan bagian penting dalam peningkatan konektivitas digital antar wilayah, serta untuk meningkatkan resiliensi jaringan telekomunikasi nasional.

Proyek Strategis Nasional (PSN) Palapa Ring Integrasi yang telah tercantum dalam Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 9 Tahun 2022 Tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 7 Tahun 2021 Tentang Perubahan Daftar Proyek Strategis Nasional, itu akan membentang sejauh 12.261 km melintasi 14 provinsi dan 78 kabupaten dan kota.

Pengintegrasian ini akan berpotensi meningkatkan cakupan layanan internet kepada 10.091 perusahaan dan 16,4 juta populasi yang saat ini masih belum terlayani internet.

Bukan hanya Palapa Ring atau biasa disebut Tol Langit, sebab Menkomifo Johnny G Plate juga ngotot menyelesaikan megaproyek Satelit Satria (Satelit Republik Indonesia)-1, sekalipun banyak yang menentang. Pertentangan terjadi, salah satunya karena banyak masyarakat yang belum paham tentang alur jaringan internet.

Masyarakat awam, lebih banyak yang mengira bahwa akses internet yang digunakan selama ini menggunakan transmisi satelit. Padahal, internet yang selama ini diakses masyarakat Indonesia justru menggunakan kabel serat optik.

Sederhananya, sinyal yang dari ponsel sesungguhnya hanya sampai menara pemancar (BTS). Dari BTS, baru diteruskan melalui kabel serat optik.

Kabel serat optik dipilih, karena kecepatan akses datanya yang menggunakan transmisi cahaya. Adapun penggunaan satelit, memiliki delay cukup besar yang disebabkan jarak antara bumi dan satelit.  

Soal biaya pembangunannya, juga beda jauh. Pembangunan infrastruktur kabel serat optik, lebih murah. Adapun untuk biaya pembuatan satu satelit, rata-rata membutuhkan dana sekitar Rp3 triliun sampai Rp4,5 triliun.

Meski begitu, dalam rangka akselerasi transformasi digital dan pemerataan layanan telekomunikasi di Tanah Air, maka penggunaan satelit juga menjadi keharusan.

Sebab meski transmisi internet dengan menggunakan satelit lebih lambat dan berbiaya tinggi, namun penggunaan satelit tetap memiliki beberapa kelebihan.

Salah satunya, cakupan satelit memiliki jangkauan luas, bahkan mencapai setengah permukaan bumi. Tentu, penggunaan satelit sangat tepat untuk Indonesia yang memiliki banyak daerah terpencil.

Jadi, kehadiran Palapa Ring Integrasi maupun Satelit Satria-1, sama pentingnya bagi kondisi Indonesia yang sangat luas, dengan geografi dan topografi yang spesifik. Adanya dataran tinggi, dataran rendah, pegunungan, lembah, dan gunung, membuat Indonesia sangat membutuhkan kehadiran satelit.

Daerah-daerah yang tidak terjangkau proyek Palapa Ring, nantinya akan menikmati koneksi internet dengan kehadiran Satelit Satria-1 yang menggunakan teknologi High Throughput Satellite (HTS) dengan kapasitas sebesar 150 Gbps serta frekuensi Ka-Band, dan bisa mencapai hampir 150 ribu titik layanan publik di seluruh wilayah Indonesia.

Karena itu, baik Palapa Ring maupun Satelit Satria-1 jelas memiliki peran penting yang sama dalam mempercepat transformasi digital di Indonesia.

Sebagaimana target Menkominfo Johnny G Plate, Satelit Satria-1 akan mengorbit tahun 2023 serta Palapa Ring Integrasi dapat dioperasikan tahun 2025, kita boleh meyakini bahwa tak berapa lama lagi seluruh masyarakat Indonesia akan menikmati era kemerdekaan sinyal.

Tak akan ada lagi terdengar cerita dari timur tentang masyarakat yang harus memanjat pohon hanya untuk mendapatkan sinyal, atau guru dan siswa yang terpaksa bersusah payah naik bukit untuk memburu jaringan internet. Semoga!

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun