Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Ulang Tahun, Hutan, dan Geologist

9 Oktober 2011   02:52 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:10 59 0
07.04.2010
Semalam aku sibuk menulisi batu.
Sambil berdebat dengan secangkir teh hangat, tentang cerita apa yang seharusnya tertulis jika besok ku genapi dua puluh empat kali, kutunggangi Bumi mengitari Matahari. Sebenarnya hanya persoalan klasik, karena kami belum sepakat mengenai harga Takdir yang mesti kubeli. Tawar-menawar Waktu yang semakin alot menjelang larut. Diselingi ocehan jangkrik dan kodok yang ikut angkat suara tak mau kalah. Untunglah acapkali angin malam datang menyeka keringatku dan menerbangkan suara-suara mereka jauh entah kemana. Sepertinya tahu, aku tak mau perdebatan malam ini, lantaran hampir habis tenagaku melewati perjalanan siang dengan ekplorasi nikel, dan lagi setelah habis-habisan ku berperang melawan semut dan nyamuk selepas isya di surau desa yang hampir kehilangan semua jama’ahnya.
.
Maka aku ingin tenang beristirahat malam ini. Kalau saja tak ada yang akan cemas bila ku tak punya sejarah yang dapat kupahat disini. Dan jika saja besok bukanlah 8 April. Apalagi waktu sudah tak mau menerima penawaranku.
.
“Dunia bukan tempatmu istirahat” gerutunya.
”Dan esok pagi kau masih harus berlari, berlomba dengan matahari.”

.

Salman@lfarisy. Serambi Hutan Morombo. 07 April 2010
KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun