Teori relativisme yang saya terangkan adalah ingin mencoba untuk menghilangkan sifat ekslusif dalam orang islam sendiri terhadap penganut agama yang lainnya. Kita bisa melihat dalam tragedi-tragedi di poso, ambon, dan terakhir adalah di bekasi. Itu adalah ketidakadaannya teori relativisme. Bahkan kita tidak bisa membayangkan kalau semua agama di dunia ini saling mengklaim untuk menjadi agama yang paling benar. Kasus di Indonesia mengatakan(sebagai saksi bisu) bahwa di daerah yang saya sebutkan diatas adalah kasus agama dimana kaum mayoritas menjadi mangsa kaum minoritas. Anda bisa bayangkan bagaimana kaum mayoritas bisa tertindas ??
Inilah mengapa teori ini patut untuk diketengahkan, bukan berarti saya penganut paham liberal ataupun plural. Akan tetapi, saya mencoba untuk melahirkan kedamaian di Indonesia ini. Mencoba agar agama mayoritas tidak tertindas didalam kemayoritasannya. Dalam relativisme agama, saya mencoba untuk mengajak anda bahwa setiap ibadah yang mereka anut adalah benar. Dalam islam, sholat adalah benar menurut kita. Dalam kristen, kebaktian adalah benar juga menurut mereka. Sehingga kita tidak bisa menghakimi dengan cara hal-hal yang brutal untuk memasukkan ajaran kita kepada agama lainnya.
Rasulullah sendiri, dalam sejarah islam sangat memberi kebebasan dalam beragama. Negara madinah bukanlah negara yang secara keseluruhan islam, akan tetapi agama itu hidup saling berdampingan. Inilah makna daripada teori relativisme yang saya pahami. Disini, saya mencoba mengungkapkan bahwa kebenaran sejati adalah milik Allah. Kebenaran relative yang kemudian diimplementasikan dalam kegiatan-kegiatan beribadah setiap pemeluknya adalah benar juga. Selama mereka tidak menyimpang dari agama yang mereka yakini. Yah, bolehlah anda bisa mengatakan sebagai toleransi umat beragama. Kita meyakini bersama, keceriaan akan terwujud, kalau kita mau mewujudkan keceriaan itu bersama.
Lakum dinukum waliyadiin...
Wallahu a’lam