Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Jakarta Selalu di Hati

11 Juli 2022   11:41 Diperbarui: 11 Juli 2022   11:49 69 1
Saya tiga bulan mudik ke Bukittinggi, ada keperluan keluarga dan selama 3 bulan itu saya meninggalkan Jakarta. Dua minggu setelah lebaran saya kembali ke Jakarta dengan rasa rindu yang memuncah. Tidak ada hal yang membuat saya harus cepat-cepat kembali ke Jakarta karena semua pekerjaan bisa diselesaikan melalui laptop. Beberapa les yang saya ikuti pun masih melalui Zoom Meeting.

Tapi saya ingin segera kembali ke Jakarta. Saya kangen ingin makan makanan Jepang di Grand Indonesia, soto mie di depan Kimia Farma, gudeg Pejompongan, nasi uduk tetangga yang buka pukul 06.00 pagi dan habis pukul 07.00 pagi. Pecel di belakang kantor Kecamatan Tanah Abang. Banyaklah...makanan yang saya tak jumpa di Bukittinggi. Tinggal pilih mau makan di Mall atau di warung biasa.

Saya juga kangen dengan tetangga dan teman-teman yang berasal dari Yogya, Betawi, Sunda, Makasar, dan Bali. Saya kangen dengan dialek mereka pada saat berkomunikasi.

Jakarta memang unik, segala hal ada di sini. Kadang kalau ke luar kota, ingin membeli oleh-oleh, saya pastikan oleh-oleh itu tidak ada dijual di Jakarta. Saat jalan-jalan di Malioboro, di Cirebon, di Pekalongan... yang muncul di pikiran beli di Thamrin City saja lebih banyak pilihan.

Betul... di Thamrin City itu saya menemukan kain dari Nusa Tenggara Barat, kain batik dari Jogja, Solo, dan Cirebon, malah ada satu toko yang menjual kain songket Minang yang cukup lengkap. Saya tidak temukan toko kain songket selengkap itu di Bukittinggi.

Hal lain yang membuat saya kagum dengan Jakarta adalah perubahan fisik kota yang sangat cepat. Tiba-tiba di sana muncul mall, tiba-tiba di sini muncul bangunan baru, tiba-tiba di di sana ada bangunan yang dihancurkan, tiba-tiba bangunan ilegal di daerah sini hilang. Tiba -tiba toko ini berubah jadi menjual itu. Sukses dan bankrut berputar cepat.

Pemerintah dan warga kota juga kreatif membuat acara-acara pameran konser kegiatan lomba. Car Free Day yang dimulai dari Jakarta yang kemudian diikuti oleh kota-kota yang lain, menjadi ajang jualan produk, pamer suara tempat berkumpul komunitas, berolah raga sepeda, lari, jalan, dan banyak kegiatan yang muncul secara spontan. Tidak hanya di car free day, tapi juga di taman-taman dan ruang terbuka lainnya.

Keberagaman jenis pekerjaan dan peran, kekayaan keunikan percepatan perubahan... ini tidak tercipta dalam beberapa tahun, tapi hampir ratusan tahun (497 tahun). Jakarta menjadi titik pertemuan orang dan produk di seluruh Indonesia, tapi juga global. Ini menjadikan Jakarta menjadi pusat bisnis sejak dulu dan akan terus berkembang.

Sampai saat ini belum ada kota-kota lain di Indonesia yang mampu mengakomodasi segala hal seperti Jakarta. Apakah IKN mampu menggantikan Jakarta? Ini pertanyaan mudah, tidak akan mampu dalam waktu dekat.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun