Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Pilihan

The Power of Syukur

23 April 2020   09:54 Diperbarui: 23 April 2020   10:28 214 1
"Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya." (QS. Saba': 15).

Pagi ini istri saya menyiapkan sarapan pagi hanya dengan lauk tempe goreng dan mie bihun goreng, hanya dengan lauk sesederhana itu tetapi ketika dimakan terasa nikmat luar biasa.

Ada beberapa alasan kenapa kok lauk sederhana seperti itu tetapi terasa nikmat ketika disantap, pertama jelas karena faktor sehat, karena orang sehat makan apa saja enak.

Sementara kalau orang sakit, jangankan tempe goreng, rendang Padang yang kelezatannya diakui Unesco saja, tetap tidak akan terasa enak di lidah, sementara orang yang sehat makan pun terasa enak.

Alasan kedua, karena saya sedang tidak punya beban pikiran berat yang membuat nafsu makan saya berkurang, kalau orang jawa menyebutnya dengan istilah "lagi bombong".

Mungkin karena saat ini saya tidak punya utang kepada siapapun, juga tidak punya tagihan cicilan apapun, sehingga di masa pandemik yang terasa sulit ini tidak punya banyak beban pengeluaran, praktis hanya untuk makan selama dirumah saja bersama keluarga.

Kemudian dengan lebih banyak dirumah menjadikan saya aktif menulis di Kompasiana, saya baru bergabung 8 Maret lalu dan alhamdulillah kini sudah naik pangkat dari debutan menjadi junior.

Mungkin saking aktifnya menulis karena punya banyak waktu luang selama dirumah saja dan work from home, ngajar dari rumah secara daring, karena kebetulan aktivitas utama saya sebagai guru.

Sedangkan istri selain sebagai ibu rumah tangga juga punya usaha katering, tetapi semenjak diberlakukannya social distancing praktis katering kami menjadi sepi orderan.

Bahkan sudah sebulan lebih tanpa orderan sama sekali, normalnya dalam sebulan kami biasa menerima katering berbagai acara sebanyak tiga sampai lima kali orderan yang masuk kedalam list order kami.

Tetapi, keadaan sesulit apapun sebagai dampak dari pandemik Corona ini tidak semestinya menjadikan kita lantas melupakan nikmat dan karunia Allah yang begitu luas untuk kita sebagai mahluk ciptaan-Nya.

Melalui tulisan kali ini, terkait apa yang sedang saya alami di masa pandemik ini, saya ingin masuk lebih dalam ke pembahasan perihal syukur, sesuai judul tulisan saya "the power of syukur"

Hendaklah kita selalu bersyukur kepada Allah atas nikmat yang diberikan kepada kita baik lahir maupun batin, serta yang berhubungan dengan agama dan dunia kita. Ingatlah bahwa semua nikmat adalah dari Allah.

Ketahuilah, pengetahuan hati dengan beberapa rangkaian nikmat, yaitu nikmat apapun tidak akan sampai dengan daya dan kekuatan seseorang, kecuali dengan fadilah dan rahmat Allah. Pengetahuan ini juga merupakan perwujudan rasa syukur.

Rasa syukur secara maksimal dapat ditunjukkan dengan ketaatan seseorang kepada Allah atas setiap nikmat yang diberikan kepadanya. Jika seseorang tidak mentaati Allah dengan nikmat-nikmat itu, maka seseorang tersebut telah meninggalkan syukur nikmat.

Dan jika seseorang mempergunakan nikmat-nikmat untuk durhaka kepada-Nya, maka dia telah jatuh ke dalam kekufuran, yaitu kufur nikmat yang senantiasa mengantarkan seseorang pada siksa Allah SWT.

Barangsiapa masih tetap dalam kenikmatan meskipun ia bergelimang maksiat, maka sebenarnya ia telah ditarik oleh Allah ke arah kebinasaan secara berangsur-angsur.

Sesungguhnya memperbanyak pujian dan syukur pada Allah atas kelapangan dan kebahagiaan yang diberikan padanya adalah merupakan alat pendekatan diri kita kepada-Nya dan menjadi penyebab tercurahnya pertolongan dari Allah.

Syukur termasuk salah satu maqam atau tingkatan para penempuh jalan rohani (salikin). Syukur terdiri dari ilmu, hal (kondisi spiritual), dan amal perbuatan. Ilmu adalah dasar darinya melahirkan hal (kondisi spiritual) dan hal melahirkan amal perbuatan.

Ilmu adalah mengetahui segala kenikmatan berasal dari Allah Sang Pemberi Nikmat. Amal perbuatan adalah mengerjakan perbuatan yang dicintai oleh Allah, amal perbuatan tersebut berkaitan dengan hati, anggota badan dan lisan.

Perbuatan hati adalah terbesitnya keinginan untuk melakukan kebaikan dengan apa yang telah dianugerahkan kepadanya. Adapun perbuatan lisan adalah dengan memberikan pujian sebagai ungkapan rasa syukur kepada-Nya.

Sedangkan perbuatan anggota badan ialah mempergunakan nikmat yang Allah berikan dalam ketaatan dan bukan dalam kemaksiatan, seperti:
1. Syukur mata dengan menutupi segala aib orang muslim yang dilihatnya.
2. Syukur telinga dengan menutupi segala aib yang didengarnya.
3. Syukur dengan lisan mengucapkan perkataan yang di-ridhai Allah dan yang diperintahkan.

Karena syukur merupakan maqam atau tingkatan yang tinggi, maka iblis menggoda manusia agar mereka tidak bersyukur kepada Allah, sebagaimana firman Allah SWT:

"Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat)" (QS.al-A'raf:17)

Orang yang dapat bersyukur adalah orang-orang pilihan, "Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang berterima kasih." (QS. Saba' : 13).

Untuk hambanya yang bersyukur, Allah berjanji akan menambah nikmat tanpa ada pengecualian, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah nikmat kepadamu." (QS. Ibrahim:7).

Ada 5 (lima) keistimewaan kepada orang yang bersyukur, yaitu: kekayaan, do'a yang mustajab, rezeki, ampunan (maghfirah), dan taubat.
1. Kekayaan, "Maka Allah akan memberi kekayaan kepadamu karunia-Nya, jika Dia menghendaki. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana." (QS. at-Taubah:28).

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun