Mohon tunggu...
KOMENTAR
Bahasa

Indonesia dan Janc*k-nya Mbah Tedjo

5 Juli 2012   19:03 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:15 231 0
Republik Indonesia disingkat RI atau Indonesia adalah negara di Asia Tenggara, yang dilintasi garis khatulistiwa dan berada di antara benua Asia dan Australia serta antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 13.487 pulau, oleh karena itu ia disebut juga sebagai Nusantara dengan populasi sebesar 222 juta jiwa (2006), begitulah keterangan mengenai Indonesia yang "ditetapkan" dalam wikipedia (6/7) sebelum ada suntingan lain dari pengguna (user) wikipedia.

Menerangkan Indonesia

Cukup susah untuk menerangkan Indonesia pada anak kecil usia pra-sekolah ataupun awal-awal pendidikan dasar. Umumnya, sudah selesai dan terpenuhi target pembelajaran bagi guru bila para siswa tahu bahwa bumi yang mereka pijak ini bernama INDONESIA, tanah air beta, tempat lahir kita, dibuai dibesarkan bunda. Setelah itu, pulang dari taman bermain atau sekolah mereka akan sibuk dengan permainan anak-anak dan juga sesekali sinetron ARA (sosok "sebaya" di sinetron "Dewi Bintari", tayang di MNC TV, dulu TPI). Sesekali dan sekejap saja, lantaran "berebut" dengan pihak lain (sang Ayah) yang sudah "ngebet" mengikuti perkembangan berita terkini.

Disisi lain Indonesia yang tidak akan mungkin bisa dipahami anak-anak, muncullah pemberitaan "Anas sudah mulai diperiksa mobilnya oleh KPK" (Mengorek rahasia Bos dari seorang supir), "Berita Korupsi Alquran" , dsb. Kepala yang sudah penat bekerja seharian, jadi semakin terisi dan seakan-akan menunggu meledak. Hampir tidak ada sama sekali pencerahan (optimisme) untuk menatap INDONESIA ini ke depan, apalagi menerangkannya kepada anak-anak kita.

DAN... SETANPUN "KEDER"

A'udzubillahi minasy syaithonir rojim, itulah salah satu firman yang "konon" bisa membuat setan keder. Tapi kini setan tidak hanya keder dengan sesuatu yang telah difirmankan saja, mereka khususnya yang tinggal di Indonesia pun keder ketika sama-sama membaca berita di surat kabar dan televisi. Bagaimana tidak keder ketika setan yang "konon" sudah memperingatkan agar jangan Alquran yang dikorupsi, tapi tetep saja nekat dilanggar oleh manusia. Setan yang sudah mewanti-wanti agar silakan korupsi tapi jangan banyak-banyak, dilanggar dengan nilai yang milyaran bahkan trilyunan rupiah. Semua ini terjadi nyata (tidak konon) di negeri yang bernama INDONESIA.

The Power of "Misuh"

Dalam hati ini berkata, sudahlah, biar KPK bekerja, wong sudah menjadi tugas mereka, kita yang rakyat jelata ini tinggal mengawal saja dan menunggu pengumuman akhir siapa yang "tidak naik kelas" atau bahkan kena "drop-out" dari sekolahan INDONESIA tercinta.

Tapi, sisi lebih dalam dari hati ini, merasa jengkel dan seakan tidak mau tinggal diam, baru bisa "tenang" manakala sudah melakukan suatu "pelampiasan". Itulah mengapa, setiap malam sehabis isya, berkeliaranlah mencari "pelampiasan" dengan menggelar diskusi rakyat di warung-warung angkringan terdekat, atau dimana saja, asalkan bebas ngomong mengeluarkan uneg-uneg. Tak jarang kata-kata kotor (misuh) tanpa sadar keluar menyertai obrolan tentang kelakuan penduduk negeri yang bobrok ini, entah bila menyangkut pula negerinya.

Misuh yang merupakan bagian dari "pelampiasan" itu menjadi berperan penting dalam melepaskan ketegangan-ketegangan (stres) yang terpendam dalam otak dan juga hati, dan Janc*k-nya Mbah Tedjo bisa menjadi salah satu pilihan gratis untuk dicoba. Janc*k yang dilontarkan di dalam suatu forum tentu memiliki norma dan aturannya sendiri, tidak terlampau keras ataupun ditujukan pada pihak tertentu, karena justru akan membangkitkan nuansa permusuhan.

Manusia pada dasarnya adalah makhluk yang membutuhkan "pelampiasan". Itulah kenapa manusia diciptakan berpasang-pasangan, ditumbuhkan bahan makanan yang beraneka ragam, ditentukan jenis ritual-ritual tertentu untuk bisa larut dalam peribadatan yang khusyu, dan juga termasuk "bahasa" yang muncul di tengah-tengah masyarakat sebagai alat/sarana komunikasi, dengan segala fungsinya. Bahkan, masih terkait dengan "pelampiasan", kali ini penulis harus bersepakat dengan Nono Sampono yang saat itu melontarkan TINJU sebagai solusi dari maraknya tawuran pelajar. Terinspirasi dari situ, perlu pula dicoba jika suatu saat pelajar dari sekolah-sekolah yang potensial tawur, dikumpulkan di satu lapangan atau stadion untuk melakukan tawur masal. Difasilitasi dan diberikan keleluasaan bagi mereka untuk menentukan "aturan tawur" mereka sendiri (model Andragogi). Dengan begitu, tawur bisa saja batal dengan sendirinya dan muncullah perdamaian.

Kembali pada Janc*k-nya Mbah Tedjo, rasa-rasanya masih kurang "terlampiaskan" bila masih terbungkus dalam sekat-sekat normatif. Kalaupun bisa mereduksi tingkat tekanan (stres), tapi tidak maksimal. Padahal, the power of misuh ini akan berfungsi optimal bila (tentu saja) diucapkan dengan nada tinggi dan keras, karena dengan demikian semua ganjalan akan keluar mengikuti teriakan misuh itu tadi. Dan untuk itu, harus dilakukan di ruang tertutup dalam kamar misalnya, atau juga di ruang terbuka yang sepi atau jarang dijumpai orang seperti di hutan, lapangan, dsb.

Coba dan rasakan the power of misuh yang akan merasuk setelahnya. Tidak ada lagi perasaan terbebani, stress, ataupun tekanan, bahkan bisa jadi akan keluar energi positif yang mampu menjadikan para pelaku misuh sebagai pribadi yang baru. Pribadi yang siap untuk berpikir lagi, dan memancarkan aura serta energi positif bagi sesama (termasuk yang tidak gemar misuh) dalam membangun negeri yang bernama INDONESIA ini.

Selamat mencoba.

JANC***************K !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! CUK... CUK... CUK... (menggema)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun