Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

Kompasianival, Pesta Karnaval ala Kompasiana

10 Desember 2011   19:33 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:33 370 5
[caption id="attachment_147745" align="aligncenter" width="614" caption="Saat Acara Talkshow Citizen Journalism berlangsung"][/caption] Saat menginjakkan kaki pukul 10.15 wib, di FX plaza, Senayan, Jakarta Pusat. Saya langsung masuk ke dalam gedung, dan menuju FX Cone, di lantai 7. Sesampainya disana, sudah banyak kawan Kompasianer yang menunggu dan datang lebih awal. Kemudian, saya ikutan nimbrung dengan beberapa Kompasianer, seperti Mbak Ariyani, Pak Sulaiman (Om_maas) dan Bang Trihito Eribowo. Rupanya kami datang kepagian, karena jadwal untuk registrasi dimulai pukul 11 wib, akhirnya kami pun ngumpul bersama, sambil berbincang-bincang mengenang awal kami bergabung di Kompasiana. Pukul 10.45 wib, kami semua sudah mengantri di depan pintu masuk untuk melakukan registrasi. Antrean yang sempat mengular panjang, membuat kami berdesak-desakan dan saling senda gurau. Setengah jam kemudian, barulah pintu dibuka. Sontak, langsung saja kami menyerbu masuk kedalam, namun karena banyaknya yang hendak masuk, maka kami dibuatkan giliran per lima orang, supaya tidak terlalu padat. Saat memasuki ruangan FX Cone yang berbentuk lingkaran bulat, lalu kami semua langsung menuju beberapa booth untuk meminta tanda tangan untuk mengisi formulir doorprize. Acara yang masih setengah jam lagi dimulai, membuat kami berpencar untuk mencari sesuatu. Ada yang bermain simulasi mobil balap dengan menggunakan Koran Kompas sebagai gagang stir, ada yang berfoto dekat layar lebar, ada yang berkeliling booth sponsor, atau juga ada yang duduk-duduk santai sambil menunggu dibukanya acara. Akhirnya lewat pukul 12, acara dimulai dengan sambutan dari Pak Taufik. H. Mihardja, Direktur Kompas Gramedia. Pak Taufik, panggilan akrab beliau membuka sesi acara pertama dengan mengucapkan terima kasih atas terselenggaranya Ulang Tahun Kompasiana untuk yang ketiga kalinya. Sekaligus kepada Kompasianer yang turut serta mewarnai perjalanan Kompasiana yang awalnya dibangun oleh Kang Pepih Nugraha. Acara berlanjut dengan talkshow Citizen Journalism yang dihadiri oleh empat orang narasumber, yaitu Kang Pepih Nugraha (Pendiri Kompasiana, Managing Editor KOMPAS.com), Pak Indra Bigwanto (Pendiri koran Fesbuk), Pak Ignatius Hariyanto (Pakar Jurnalistik), dan Bang Wisnu Nugraha (Kompasianer, wartawan Kompas, sekaligus penulis buku tetralogi Sisi Lain SBY). Diskusi yang dipandu oleh Bang Iskandar Zulkarnaen (Admin Kompasiana) berjalan sangat menarik, karena keempat narasumber itu sangat berpengalaman dan kompeten di bidangnya masing-masing. Salah satunya, Bang Wisnu Nugroho yang bercerita sulitnya menjadi seorang Kompasianer di masa-masa awal bergabung dengan Kompasiana. Sebab, perbedaan tulisan yang ia lakukan sangatlah kontras. Kalau di Kompas cetak, dibuat seserius mungkin juga dengan bahasa yang baku. Namun ketika itu dicoba di Kompasiana, malah melempem dan sepi tanggapan. Lalu datanglah suatu ide, ketika ia menuliskan tentang Sepatu Pak Menteri. Postingan yang sebenarnya sangat remeh dan tidak penting, kemudian dikemas olehnya menjadi sesuatu yang sangat penting. Filosofi beliau adalah, "mengabarkan yang tidak penting, agar menjadi penting". Atau tatkala beliau mengulas tentang hilangnya tahi lalat Presiden SBY yang di operasi. Dengan jeli, beliau memberikan data yang valid dan fakta, yaitu dua buah fotonya di tahun 2005 dan 2007 lalu, saat tahi lalat Presiden SBY ada dan setelah di operasi. Sesudahnya, acara dilanjutkan dengan sesi Presentasi mengenai situs komunitas makan dan jajan loka, Urbanesia.com yang diwakili sang CEO, Selina Limman. Berlanjut dengan Talkshow Social Movement, dari Indonesia Berkebun yang sayangnya tidak dapat saya ikuti karena pergi makan siang. Kemudian saya dan beberapa Kawan Kompasianer melakukan antrean untuk menjajal beberapa permainan seperti Smash dari Nokia. Saya, Pak Sulaiman (Om_maas) dan Mbak Angelina mengikuti simulator mobil balap tiga dimensi dengan koran Kompas sebagai gagang stir. Permainan virtual yang seru dan menarik, karena menggunakan feeling yang kuat agar tidak bertabrakan dengan mobil lainnya. Usai itu, kami menyaksikan thriller dan sinopsis film Negeri 5 Menara yang dipandu oleh Arie Daginkz. Sebuah film layar lebar memukau yang diangkat dari novel laris Negeri 5 Negara, karya Bang Ahmad Fuadi. Sungguh merinding kami menontonnya, saat cuplikan film bercerita tentang seorang Guru di Pesantren Gontor, Jawa Timur yang mengatakan"Ingat, bukan yang paling tajam yang dapat membelah dahan pohon ini, tetapi yang paling bersungguh-sungguhlah yang dapat memebelahnya hingga dua bagian..." Setelah itu ada sesi pemotongan kue tart dengan sebuah lilin angka 3 di tengahnya, yang melambangkan sebagai Ulang Tahun Kompasiana. Tak lama berselang, datanglah tiga Putri Indonesia untuk berbincang-bincang bersama beberapa Kompasianer sekaligus mempresentasikan maksud kedatangan mereka. Maria Selena, Andi Tenri atasha dan Annisa Putri Ayudya dengan manisnya menyapa semua Kompasianer yang ada, dan memberikan sesi tanya jawab. Juga ada penjelasan dari Pak Cahyo Alkantana, host Teroka dari Kompas TV. Sebuah program acara yang memuat tentang ekspedisi menjelajahi hutan belantara dan juga goa di seluruh nusantara. Kebetulan, saya mendapatkan sebuah hadiah dari Kompas TV ketika saya menananyakan tentang keinginan Kompasianer untuk mengikuti acara yang sangat menantang lagi berbahaya. Pun begitu ketika Pak Sutan Pangeran memberikan pertanyaan juga, yang dipandu oleh Mc Mi'un. Acara berlanjut dengan presentasi dua komunitas dunia maya yang berasal dari Kompasiana, yaitu Canting dan Desa Rangkat. Canting yang memutarkan video pendek anak-anak SD di pulau Tegal, Lampung. Sangat menggugah hadirin, apalagi ketika tayangan video menyorot cita-cita beberapa anak SD yang beragam, ada yang ingin menjadi Guru, Dokter, Pilot, sampai Tukang Taksi, karena ingin bisa bawa mobil. Meledaklah tawa kami semua saat menyaksikan aksi polos dari murid SD tersebut. Desa Rangkat yang diwakili oleh Babeh Helmi, Pak Thamrin Dahlan sebagai Hansip, lalu ada Mommy sebagai Bu Kades yang memberikan penjelasan awal mula terbentuknya Desa Rangkat. Kemudian dilanjutkan dengan pembacaan puisi oleh duet Pak Edy Priyatna dan Ibu Jingga Rangkat.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun