Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Artikel Utama

Lain Medan Lain Jakarta

12 Mei 2015   23:07 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:06 33 0

Sudah 3 tahun aku makan dan tidur di Jakarta. Aku berasal dari kampung kecil di Sumatera Utara. Kampung Yaman namanya, terletak di Kecamatan Aek Natas Kabupaten Labuhanbatu Utara Sumatera Utara. Betul, aku kuliah di Jakarta dengan tonggak harapan bulanan yang dikirim mamakku setiap bulan untuk aku agar bisa tetap bertahan di kota polusi ini. Makasih ya mak. Memang mamak yang paling kubanggakan mau siapa lagi kalau ngga mamak? Tahun pertama masa penyesuaian hidupku. Mulai dari cara ngomong, logat bahasa dan ada beberapa kosa kata yang tak dipahami kawan-kawanku disini. Contohnya, ngga ada disini (Jakarta) namanya “mancis”. Apa itu mancis? Orang di Jakarta mengartikan mancis dengan kata korek (korek api). Adalagi, di Jakarta ga ada namanya “tempel ban” yang ada “tambal ban”. Memang kalau dipikir-pikir, hal biasanya itu. Tapi menurutku tak semudah itu boy. Paling pahit lagi, kalau aku ngomong kereta, yang ada di otak (pikiran) orang Jakarta pasti kereta api. Ngga tau orang itu di Medan bilang sepeda motor itu kereta. Kalau diketawai kawanku di Jakarta ini, capek lah. Seolah-olah dipikiran orang itu aku ini entah berasal dari planet mana. Di Medan yang menjadi makanan orang kalau lagi lapar pasti Masakan Padang yang langsung terpintas karena identik dengan harga murah, enak dan kenyang. Kalau disini lain, disini makanan yang menjadi hari-harian anak kos-kosan atau orang yang lagi tipis duitnya Warteg (Warung Tegal). Warung Masakan Padang kalau disini biasanya harganya diatas (lebih mahal) dari Warteg. Angkutan umum disini identik dengan namanya Metro Mini ataupun Kopaja. Di Jakarta ini, kalau kalian naik Metro Mini ataupun Kopaja mau jauh ataupun dekat harganya tetap sama dulu 2 ribu perak (rupiah) beda sama di Medan kan? Makin jauh makin mahal. Tapi kalau sekarang tarifnya udah 3 atau 4 ribu kurasa. Jangan kalian pikir enak naik angkutan di Jakarta ini, udah macat (macet), panas, asap kendaraan (polusi), sempit-sempitan dan udah pasti sering berdiri ngga dapat tempat duduk. Mau naik Busway (Transjakarta) pun sama aja, sempit-sempitan cuma pake AC aja dia. Agak mantap sedikit. Bersambung…

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun