Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Demokrasi Kalbu 3

1 Desember 2019   08:24 Diperbarui: 1 Desember 2019   08:25 12 1
Tersingkap ambyar bayang-bayang tanda tanyaKetakutan kini mencekik pilu di dada
Suaranya begitu memelas
Terus mencoba meleraiku dari pekatnya rindu
Yang kian hari semakin membuncah
Jangan kau teruskan sebelum terlambat
Jangan kau ulangi lagi pilihamu
Dengan mendatangi jalan yang sama
Suaranya kembali memekik di balik jeruji asa
Seketika...
Hujan mulai membasahi pipiku
Tak ada jawaban yang bisa kuutarakan
Hanya lewat bilik kenyamanan aku mengadu
Suaraku mulai berbisik pelan dari seberang telpon
Air mataku tumpah dalam heningnya malam
Terdengar suara tenang menembus sinyal penuh kekalutan

Bersabarlah dulu...
Jika hanya dengan itu yang mereka mau
Doakanku secepatnya sampai pada misiku

Kupejamkan mata sembabku
Menengadahkan wajah di bawah naungan langit
Berharap tangisan malam ini bukan akhir dari sebuah mimpi
Tak ada yang bisa kujanjikan saat ini
Aku hanya bisa bertahan
Sampai Tuhan tak menititipkannya lagi padaku


Pulau Burung, 14/11/2019

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun