Mohon tunggu...
KOMENTAR
Horor

Dia Tertawa di Atas Kepala Sambil Terbang

6 Januari 2024   18:10 Diperbarui: 6 Januari 2024   18:16 106 1
Ini adalah pengalaman kesekian kali saya yang berhubungan dengan mereka yang tak terlihat. Kali ini saya akan bercerita tentang pengalaman saya saat masih kuliah pada tahun 2000.

Langsung saja ya, waktu itu saya kuliah di salah satu PTN di Purwokerto, pada semester akhir. Pada saat itu kami sudah ujian akhir semester, dan dapat libur selama dua minggu. Dan Kebetulan ada teman kos saya yang asal Pekalongan sebut saja Iin, mengajak saya untuk berlibur di rumahnya di Pekalongan. Sayapun mengiyakan untuk bisa ikut dengannya untuk berlibur di kampung halamannya.

Kami berangkat dari kos pagi-pagi jam 8, naik motor berdua dengan Iin. Yang menyetir Iin, dan saya yang membawa tas ransel di belakang diboncengnya. Dari Purwokerto, kami melewati jalur purbalingga, lalu pemalang dan sampai pekalongan. Berangkat dari jam 8 sampai Pekalongan jam 11 siang. Yaah sekitar 3 jam perjalanan, cukup bikin badan pegal luar biasa sih.

Sampai rumah Iin, saya lalu istirahat, makan dan mandi, sorenya kami berencana main ke rumah teman kami yang lain yaitu Joko, di sebuah desa yang masih di pelosok dan hanya bisa dilalui motor karena daerahnya yang masih rimbun dikelillingi pohon-pohon menjulang tinggi dan jalan setapak yang hanya dari batu-batuan dan tanah merah, sementara kanan kiri adalah jurang.

Kami berangkat pukul 3 sore, sampai di desa Joko tersebut sekitar jam 4 sore lebih. Setelah melepas silaturahim, ngobrol-ngobrol dan sebagainya, gak terasa waktu sudah menunjukan pukul 6 malam, karena rumahnya masih di pelosok, jadi walopun baru jam 6 suasana desa sangat sepi dan gelap gulita, karena penerangan masih minim di desa tersebut, hanya lampu minyak dan petromak, adapun yang memakai lampu listrik bisa dihitung oleh jari.

Karena waktu sudah malam ditambah hujan gerimis, teman saya Joko, tidak tega kami pulang hanya berdua naik motor, akhirnya dia mau mengantarkan kami hingga jalan besar di desanya. Saya dibonceng oleh Joko, sementara Iin dibonceng kakaknya Joko.

Saya yang jalan duluan bersama Joko, lalu diikuti Iin. Rumah Joko yang sangat dipelosok ini mengharuskan kami melewati jalanan setapak bebatuan tadi yang kanan kirinya pohon-pohon karet menjulang tinggi, bagi siapapun pasti gak bakalan mau malam-malam keluar rumah naik motor ditambah hujan yang rintik-rintik dan terkesan mencekam.

Di sepanjang perjalanan saya dan Joko ngobrol tentang hal apapun untuk  mengusir rasa sepi dan ketakutan saya. Tak terasa motor yang kami kendarai, sudah jauh melewati jalanan rumah Joko yang sunyi sepi tersebut. Sementara Iin dan kakanya Joko semakin tidak terlihat bahkan sinar lampu motornyapun tidak terlihat. Tiba-tiba perasaan Saya mulai gak enak, tapi saya berusaha terlihat tenang selama dalam perjalanan tersebut, Joko yang menyetir masih terus bercerita tentang hal-hal yang lucu agar suasana sepi selama perjalanan ini jadi lebih santai, tapi tetap saja Saya yang diboncengnya sangat-sangat tidak nyaman jika sadar disepanjang jalan yang kami lalui tidak ada satupun manusia yang lewat. Hanya suara desiran angin malam dan rintik hujan.

Tiba-tiba, samar-samar saya mendengar seperti ada suara perempuan yang tertawa, awalnya hanya terdengar tawa lirih, lalu lama-lama suara tawa itu menggema dan melengking berkali-kali bersamaan desiran suara angin (hiihiii...hiiiii.hiiiiiii.hiiiiiiiii......) tapi anehnya suara itu terdengar di sisi sebelah kanan telinga dan seperti sedang terbang menjauh. Seakan-akan yang tertawa tersebut sedang terbang di atas saya dan menjauh. Saya yang dari tadi mulai mendengarkan dengan seksama mulai merinding dan panik, badanpun gemetar hingga telapak kaki yang menginjak pijakan juga ikut gemetaran, dan sebisa mungkin saya berdoa dan memohon agar motor yang kami kendarai tidak mogok secara tiba-tiba, karena mengingat jalanan yang sepi dan ditengah-tengah hutan yang jauh dari rumah penduduk, apalagi kanan kiri adalah jurang.

Dalam kondisi panik tersebut ingin sekali saya bertanya ke Joko, apakah dia mendengar suara lengkingan tawa perempuan tersebut? Tapi saya terlalu takut untuk bertanya, dan sepertinya Joko juga diam saja seperti tidak merasakan ada sesuatu. Suara tawa itu terus menerus terdengar di atas telinga saya, sampai terdengar semakin samar-samar. Ingin rasanya saya menengok ke belakang, dan memastikan ada apa di belakang saya, apakah ada kendaraan lain selain saya atau mungkin saya bisa melihat motor yang dikendarai Iin. Tapi saya juga terlalu takut untuk sekedar menengok ke belakang, takut tiba-tiba ada yang ikut berboncengan dengan saya atau ada mahkluk tak kasat mata lain yang sedang terbang mengejar kami berkendara. Sungguh sangat mencekam dan menakutkan sekali membayangkannya.

Sambil terus berdoa sebisa mungkin saya dan Joko masih terus melanjutkan perjalanan meski dengan tubuh masih gemetaran. Hingga akhirnya, saya dan Joko tiba juga di jalan besar dimana sudah berada dilokasi yang ramai dan banyak kendaraan lalu lalang. Saya berhenti dan menunggu kedatangan Iin. Sambal menunggu kami berdua masih terdiam. Hingga tak lama Iin datang bersama kakanya Joko. Lalu kami berempat mulai membuka percakapan, dan saya langsung bertanya ke Joko tentang kejadian ditertawakan tadi, apakah dia juga mendengarnya? Joko menjawab: "Iyo aku yo kerungu, tapi aku meneng ae wedi kowe pingsan nang kono..." artinya: iya aku denger, tapi aku diem aja takut kamu pingsan di sana..."

Lalu aku tanya Iin, apalah dia juga mendengar suara lengkingan tawa tadi di sepanjang jalan bebatuan? IIn menjawab: Aku gak denger apa-apa, malah sunyi senyap sampai suara jantung akupun terdengar ujar Iin sambil meledekku. Saya yang mendengar itu Cuma terdiam sambal kaki masih sedikit gemetar.

Lalu sayapun bercerita kepada Iin dan Kakaknya Joko, bahwa tadi saya mendengar suara lengkingan tawa perempuan disepanjang jalan bebatuan yang gelap dan sepi tadi, sepertinya saya ditertawakan oleh tante K. Suaranya begitu menyayat dan melengking berkali-kali terdengar dari arah atas kanan telinga yang seakan-akan suara itu menjauh tertiup angina, ujar saya.

Lalu Kakaknya Joko, bercerita, bahwa disepanjang jalan daerah tersebut memang sering kali ada penampakan tante K yang sudah terkenal di desanya. Jalan tersebut sangat horor bagi siapapun yang melewatinya diatas jam 6 sore. Makanya tidak pernah ada yang mau lewat sana di atas jam 6 malam.  Makanya dia dan Joko lebih baik mengantar kami bedua karena takut terjadi hal yang tidak diinginkan saat melewati jalan tersebut. Untungnya motor yang dikendarai saya tadi tidak mogok, karena biasanya kata Joko banyak kejadian di jalan tersebut motor akan mogok tiba-tiba karena dikerjai oleh tante K. Selain itu kata Joko biasanya kalau suaranya terdengar seakan menjauh artinya  tante K itu ada dekat dengan kita. Untungnya juga saya tidak menengok ke belakang, kalau sampai nengok kata Joko sudah pasti saya pingsan di jalan.

Aku langsung bergidik ngeri membayangkan kejadian horor tadi walau hanya sebatas ditertawakan saja, tapi rasa ketakutannya sungguh luar biasa. Setelah cukup ngobrol dan menenangkan pikiran, kami berdua pamit kepada Joko, dan saya berganti motor dan berboncengan kembali dengan Iin, kali ini saya yang menyetir, namun sepanjang jalan, tangan saya masih gemetar memegang stang motor dan alhamdulillah selamat sampai rumah. Sesampai di rumah Iin, saya langsung mandi air hangat dan istirahat. Kami berdua tidur dan saya bilang ke Iin, "Semoga saya tidak mimpi buruk malam ini, dan semoga Tante K tidak menampakan wajahnya di mimpi saya,"ujarku sambal membaca doa sebelum tidur.

Dari kejadian tersebut, Pesan saya, jika berkunjung ke rumah teman, usahakan jangan sampai larut malam, apalagi di desa yang terpencil dan susah akses menuju jalan besar, lebih baik pulang sebelum magrib, karena kalau tidak maka bisa punya pengalaman seperti saya.  Sampai jumpa di cerita saya selanjutnya. Di cerita selanjutnya saya akan bercerita tentang pengalaman horror saat KKN masih di daerah Banyumas. See you......



 

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun