Mohon tunggu...
KOMENTAR
Travel Story

"Keunikan" Objek Wisata Air Panas Guci-Tegal

30 Desember 2012   15:58 Diperbarui: 4 April 2017   17:07 76369 0
Saya tidak pernah mendengar sebelumnya tentang objek wisata GUCI yang terletak di selatan Kota Tegal/Slawi di Jawa Tengah ini. Bahkan namanya saja baru saya kenal beberapa minggu yang lalu dari teman-teman. Mungkin karena saya tinggal di tempat yang jauh dari lokasi ini, yaitu di Propinsi Jawa Barat, tepatnya di kota Bandung. Namun ketika teman-teman lama mengajak berkumpul (reuni) di objek wisata yang berlokasi di kaki gunung Slamet (Gunung tertinggi di Jawa tengah) tersebut. MAka sampailah saya di pemandian air panas Geo-thermal alami ini. Kawasan ini ternyata berbeda jauh dengan suasana alam sekitarnya, karena kesejukan udara pegunungannyayang khas. Bertolak belakang dengan iklim pesisir utara Pulau Jawa lain, yang sering terasa kering dan panas tersebut.

Dari kota Bandung, kami berangkat berkendaraan pribadi selama hampir 6 jam menyusuri kota Cirebon, Brebes, Tegal, Slawi, kemudian melewati Kecamatan Lebaksiu sebelum sampai ke lokasi objek wisata ini. Kesan pertama saya begitu tiba adalah, “biasa-biasa saja...” Tampak tidak ada yang istimewadi tempat ini karena suasananya mirip dengan objek wisata pegunungan di Indonesia pada umumnya. Apalagi kami tiba disana saat lagi peak season”, yaitu di bulan Desember dimana hampir semua keluarga kelas menengah di sekitar Jawa Tengah seolah-olahtumpah ruah menikmati liburan panjang akhir tahun disini. Yang terlihatselanjutnya justru kemacetan di sepanjang jalan menuju ke objek wisata Guci ini. Namun banyaknya hotel dan villa menunjukkan bahwa kawasan ini merupakan tempat favorit masyarakat sekitar untuk bermalam. Begitu hiruk-pikuknya suasana saat itu, sehingga kamipun hampir tidak kebagian kamar buat bermalm.

Wah, hebat juga nih minat orang-orang Jawa Tengah berwisata. Menyerbu Guci sampai hampir semua villa dan hotel disekitarnya penuh begini.. Padahal harganya tidak murah juga..”, pikir saya dalam hati . Mungkin ini salah satu indikator yang menunjukkan bahwa kini telah semakin meningkatnya jumlah masyarakat kelas menengah di Propinsi Jawa Tengah. Artinya di Jawa Tengah telah terjadi perkembangan bisnisdan pertumbuhan ekonomi yang cukup signifikan akibat keberhasilan pembangunan disana ? Meskipun tentu saja ‘pertumbuhan ekonomi/bisnis” berbeda maknanya dengan masalah ‘pemerataan”.

****

Kami tiba di Guci di malam hari. Dan langsung beristirahat dari perjalanan panjang yang cukup melelahkan tersebut menyusuri sepertiga pulau Jawa ini. Udara dingin kemudian mulai menusuk-nusuk hingga ke dalam jendela kamar penginapan, sehingga tempat beristirahat tersebut membutuhkan selimut dan pakaian hangat. Hal ini mengingatkan saya dengan suasana kawasan wisata di Lembang yang juga berada di kawasan pegunungan di daerah pinggiran kota Bandung. Atau kawasan gunung Puncak yang berada sekitar 60 kilometer dari ibukota Jakarta..

Esok pagi, ketika lelah dan pegal akibat perjalanan panjang ini mulai menghilang, dan pikiran menjadi lebih segar. Saya memulai melakukan aktivitas travelling sebagaimana biasanya jika sedang mengunjungi suatu tempat. Menyusuri sudut-sudut daerah asing tersebut dengan berjalan kaki, termasuk ke tempat-tempat yang “tidak biasa” untuk mencari apa “keunikan” yang ada di sana  (yang selalu saya yakinkan, hal itu pasti ada!). Karena bukankah berwisata itu pada dasarnya tidak hanya untuk menikmati keindahan dan menikmati kuliner khas setempat. Namun juga menikmati dan belajar dari “keunikan dan perbedaan yang ada. Bagi saya, Pelangi itu indah justru karena perbedaan warna-warninya..

Lalu saya berjalan menuju kembali ke gerbang pintu masuk kawasan Guci, yang tampak dipenuhi oleh mobil-mobil keluarga yang baru datang dan para pedagang asongan yang gencar menawarkan/menjual berbagai makanan dan pernik-pernik khas Guci disana-sini.Ada panggung kecil dengan pemain organ tunggal dan seorang penyanyi dangdut yang tidak henti-hentinya menyanyikan lagu-lagu gembira sambil tersenyum kepada pengunjung. Tampak juga beberapa orang yang menuntun kuda yang ditawarkan buat disewa pengunjung. Hal ini mengingatkan saya pada kawasan khas wisata berkuda yang juga terdapat di berbagai tempat di Indonesia seperti Lembang di kota Bandung dan kawasan lain.

Tiba-tiba saya tersadar, bahwa saya sedang berada di Jawa Tengah dengan berbagai ikon budayanya yang khas (bahasa Jawa Tegal dengan dialek yang khas terdengar dimana-mana). Demikian pula makanan khas Tegal dan sebagian dari daerah Jawa Tengah lain, yang siap dijajakan rapi oleh para penjual/warung disini. Hal ini menjadi “keunikan” tersendiri dimata saya. Berwisata dan mencicipi makanan khas itu, merupakan dua sisi travelling yang tidak dapat dipisahkan... Sayangnya, ketika saya mencari koran lokal/daerah setempat untuk mengetahui sekilas berita terakhir mengenai dinamika masyarakat lokal setempat. Ternyata tidak satupun tempat atau orang yang menjualnya. Rupanya disini membaca itu bukan bagian dari perjalanan/travelling dalam kegiatan berlibur ya… (hehe2..)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun