Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

(Bukan) Janji Joni

18 Mei 2013   20:05 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:22 282 1


Para penggemar film nasional pasti ingat film Janji Joni (2005) yang diperankan oleh Nicholas Saputra. Film ini bercerita tentang seorang pemuda bernama Joni yang berprofesi sebagai pengantar roll film yang tidak pernah telat mengantar roll film antar bioskop di kotanya. Pekerjaan ini telah turun menurun bagi keluarga Joni yang bertekad untuk tepat waktu dan dapat diandalkan. Joni selalu berjuang untuk menepati waktu.


Saya pernah mengalami peristiwa janji Joni tidak hanya sekali tapi berkali-kali. Hari ini, di pagi hari, saya menerima pesan singkat (SMS) dari seorang temen isinya kurang lebih begini. "Bro kita ketemu di tempat biasa jam 09.00 pagi, ditunggu ya" dan saya balas, "Oke Boz". Saya pun bergegas mandi karena jarum jam sudah menunjukkan waktu tinggal setengah jam lagi. Saya kuatir datang tidak tepat waktu.


Saya begitu menghormati teman saya untuk itu saya bergegas berangkat melupakan sarapan pagi saya agar tidak datang terlambat. Setelah memacu kencang sepeda motor butut saya (mirip adegan di film Joni) akhirnya sampai juga ditempat yang dijanjikan tepat kurang 3 menit dari jam 09.00 pagi. Hati saya pun lega karena tidak termasuk orang yang mengabaikan janji.


Saya pun berlari secepatnya masuk ruangan tempat kami biasa mengerjakan sesuatu bila ada project. Tapi ternyata belum ada siapa pun di ruangan tersebut sedangkan jam dinding sudah menunjukkan waktu tepat pukul 09.00 pagi. Ternyata teman saya belum datang. Saya pun duduk menunggu. Satu menit pun berlalu.


Sepuluh menit sudah berlalu. Ah mungkin teman saya lagi dalam perjalanan begitu pikir saya. Sebelumnya sudah saya coba hubungi tapi handphonenya lagi tidak aktif. 20 menit pun berlalu saya coba membaca buku agar tidak bosan menunggu. 45 menit pun berlalu semua halaman buku pun sudah habis terbaca.


Enam puluh menit pun berlalu, temanku yang bikin janji belum juga nongol batang hidungnya. Apa yang terjadi? Atau dia membatalkan janjinya? Saya putuskan mau pulang saja karena jujur saya kecewa ternyata teman saya tidak menepati janji yang dibuatnya sendiri.


Tiba-tiba handphone saya berdering berbunyi dan termyata teman saya tadi yang menelpon menanyakan posisi saya sekarang berada dimana dan saya jawab berada ditempat janjian, dia pun meminta saya menunggunya karena dia sedang dalam perjalanan. Saya pun mengiyakan. Kira-kira setengah jam teman saya pun datang dan kami langsung mengerjakan project kami.


Setelah pulang ke rumah, saya pun merenungkan dan menuliskan peristiwa yang saya alami hari ini. Kenapa hal ini selalu saja terjadi berkali-kali selama perjalanan hidup saya. Mungkin anda juga pernah mengalami pengalaman serupa tentang peristiwa janji dan menunggu ini dan ternyata memang menunggu itu membosankan.


Ada beberapa hal yang dapat saya petik dalam hal janji dan menunggu, yakni:


Pertama, karena saya tinggal di Indonesia, entah setuju apa tidak, disini di tempat kita, soaljam karet itu sudah biasa. Kalau kita mau mulai acara jam 9.00 maka di undangan harus dicantumkan jam 8.00 dianggap para undangan memolorkan waktu satu jam dengan berbagai alasannya misalnya macet, tempatnya jauh, hujan, antar jemput anggota keluarga, ban bocor, kendaraan mogok, bayar rekening tagihan dan alasan lainnya yang kira-kira bisa diterima.


Seandainya kita tinggal di negeri orang, terutama di negeri barat sana dimana soal etika datang tepat waktu sangat dijunjung tinggi maka sikap kita yang selalu tidak tepat waktu tidak akan pernah dimaafkan/ditolerin.


Satu menit saja kita terlambat wawancara kerja maka dapat dipastikan pasti ditolak. 30 detik saja kita terlambat mengantar pesanan pizza maka dijamin tidak akan dibayar tagihannya. Tidak ada toleransi, dengan alasan apapun pasti tidak diterima. Di belahan dunia barat sana waktu sangat dihargai. Time is money begitu katanya.


Kedua, karena saya orang Indonesia, entah setuju apa tidak, biasanya kita termasuk saya selalu mentolerin atau memaafkan seseorang meski sikapnya bikin hati kita dongkol. Kita selalu mengatakan 'ya' meski dihati 'tidak' dengan tujuan agar yang bersangkutan tidak sakit hati dengan kata lain kita sering 'tidak enak hati' agar tidak terjadi konflik biar hubungan kita kesemua orang tetap mesra, aman, tentram sentosa.


Orang barat tidak mengenal istilah nga enak hati, kalau mereka rasa sesuatu itu harus dikatakan 'tidak' maka pasti mereka katakan 'tidak'. Kalau itu perlu dikatakan 'iya' maka akan mereka katakan 'iya'. Jadi semuanya akan menjadi jelas baik dan buruknya terhindar dari prasangka. Kata artis Syahrini biar semuanya jelas terpampang nyata di khatulistiwa.


Kata orang bijak, sifat orang dapat berubah. Semoga sifat dan sikap yang selalu saja tidak tepat waktu alias datang terlambat baik terhadap janji yang dibuat sendiri atau mengiyakan janji yang dibikin orang lain, dapat segera kita ubah. Mari kita buang jauh-jauh sikap bukan janji Joni (baca: tidak tepat janji) tersebut. Terlebih diri saya pribadi. Semoga ya amin.


Kebiasaan baik yang dilakukan terus menerus akan menghasilkan sifat yang baik, sifat yang baik dilakukan dalam waktu lama akan membentuk suatu karakter yang baik. Dilakukan bersama-sama maka akan membentuk karakter bangsa yang baik. Oleh karena itu, Marilah kita semua mulai membiasakan diri untuk menepati janji seperti joni berjuang menepati janjinya.(*).


Salam Kompasiana








....................................




KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun