Dengan wajah penuh kebingungan, narapidana tersebut bertanya kepada petugas, "Berapa hutang pidana saya, Pak?" Pertanyaan itu diucapkan dengan nada campuran antara keputusasaan dan kebingungan.
Reaksi narapidana tersebut mencerminkan kejutan dan kekecewaan yang mendalam, seolah baru menyadari betapa seriusnya konsekuensi dari tindakannya. Pertanyaan tersebut menciptakan momen dramatis di ruang registrasi Lapas Magelang, memperlihatkan ketidakpahaman seorang narapidana terhadap besarnya tanggung jawab hukum yang harus diemban akibat perbuatannya.
Sebelumnya, narapidana tersebut telah diberikan kesempatan untuk mengikuti Program Pembebasan Bersyarat dengan syarat-syarat tertentu yang harus dipatuhi. Namun, harapannya untuk mendapatkan kembali kebebasannya hancur setelah ditemukan melanggar aturan program tersebut.
Narapidana tersebut diduga terlibat dalam kegiatan ilegal yang melibatkan narkotika di luar lapas. Selain itu, ia juga dilaporkan melanggar aturan pelaporan dan kewajiban yang diamanatkan oleh Program Pembebasan Bersyarat. Keputusan untuk mencabut haknya pun diambil setelah pihak berwenang mengumpulkan bukti yang memadai terkait pelanggaran yang dilakukannya.
Kehilangan hak ini berarti narapidana tersebut mungkin harus menghabiskan sisa masa tahanannya di balik jeruji besi. Keputusan ini diambil untuk memberikan sanksi yang sesuai dan sebagai peringatan bagi narapidana lainnya agar mematuhi persyaratan yang telah ditetapkan dalam Program Pembebasan Bersyarat.