Mohon tunggu...
KOMENTAR
Kurma Pilihan

Kriuk Kriuk Kriuk, Bunyi Keripik Saat Salat Tarawih

12 Mei 2020   20:59 Diperbarui: 12 Mei 2020   20:56 311 1
Shalat tarawih di mesjid menjadi kegiatan yang paling ditunggu selama bulan Ramadan. Apalagi saat masih SD saya diberikan tugas untuk meminta tanda tangan imam pada buku kegiatan Ramadan.

Kala itu saya masih duduk di kelas 4 SD. Saya meminta izin kepada ibu saya agar dapat shalat tarawih dengan teman SD dengan alasan akan mengisi buku kegiatan bersama-sama. Untunglah ibu memberikan izin. Biasanya saya harus shalat tarawih bersama ibu.

Memang shalat tarawih dengan teman itu berbeda suasananya dengan shalat tarawih bersama ibu. Pada saat bersama ibu, saya harus shalat dengan benar. Benar artinya saya tidak boleh bercanda dan mengantuk.

Tidak heran ketika mendapat izin shalat dengan teman saya senang bukan kepalang. Sehabis buka puasa saya dengan tiga orang teman saling mengunjungi. Kami sudah siap dengan mukena, sajadah dan buku kegiatan.

Setelah berkumpul, kami langsung pergi ke mesjid untuk memilih tempat. Istilahnya 'ngetek tempat'. Kami pilih tempat di beranda mesjid dan posisi agak ke pojok.

Sesudah 'ngetek', kami berempat pergi ke warung dekat mesjid. Kami beli camilan mulai dari krip-krip, choki-choki dan keripik singkong yang saat itu jadi favorit.

Menjelang adzan isya, kami buru-buru kembali ke mesjid. Tidak lupa mengambil air wudhu dulu sebelumnya. Kami berlarian ke tempat kami sambil tertawa cekikikan. Saya lupa obrolan apa yang kami tertawakan. Yang pasti kami cekikikan tiada henti.

Ketika shalat isya dimulai kami masih cekikikan. Belum lagi kami saling mendorong badan teman dari samping. Jika ada yang jatuh, kami pasti tertawa terpingkal-pingkal. Kami sangat berisik sekali.

Sesudah isya, godaan mengantuk mulai melanda. Kami siasati dengan mengambil jajanan kami. Kami makan krip-krip dan choki-choki sambil mendengarkan ceramah yang disampaikan ustadz menjelang shalat tarawih.

Mulailah sebelum pelaksanaan shalat tarawih. Makanan yang tersisa hanya tinggal keripik. Tapi perut kami masih lapar.

Ide datang dari salah satu teman saya yang bernama Ratih.

" Ayo kita simpan keripik kita di atas sajadah dan kita makan saat sedang sujud ", Ratih memberikan ide.

"Baiklah", saya dan teman kompak menjawab.

Dan akhirnya kami berempat kompak menyimpan keripik di atas sajadah. Tentu saja sudah dibuka bungkusnya, jadi kalau sujud keripik tepat ada di mulut kami.

Akhirnya shalat tawarih dilaksanakan. Dan tepat pada saat sujud kami kompak makan keripik. Dalam hening saat duduk diantara dua sujud dan tahiyatul akhir, mulut kami berbunyi. Seperti paduan suara. Kriuk kriuk kriuk.

Sesudah mengucapkan salam, kami kembali tertawa cekikikan. Ini berlangsung sampai keripik kami habis. Mungkin sampai pertengahan shalat tarawih.

Karena kami masih anak-anak, ibu di mesjid hanya memperingatkan kami agar tidak berisik. Dan kejadian ini berlangsung sekitar satu minggu.

Tepat satu minggu kemudian ibu memanggil dan memarahi saya. Ternyata ibu yang biasanya shalat di dalam mesjid mendengar cerita kami dari ibu yang shalat di beranda.

Akhirnya ibu tidak mengizinkan saya untuk shalat dengan teman-teman. Ibu langsung memutuskan saya harus shalat di sebelah ibu. Alasannya adalah karena shalat dengan teman membuat saya tidak khusuk dan saya dianggap sudah mulai besar sehingga seharusnya melakukan shalat dengan benar.

Sedih. Tapi yang dikatakan ibu memang benar. Akhirnya seiring waktu, saya pun lebih terbiasa shalat tarawih di sebelah ibu.

Sekarang jika pulang kampung dan bertemu dengan teman lama tersebut, kami sering menceritakan kejadian ini. Dan kami pasti tertawa terbahak-bahak. Tertawa atas kekonyolan kami.

Bagi saya ini adalah nostalgia masa kecil yang tak akan terlupakan. Kapan lagi bisa melakukan paduan suara keripik kriuk kriuk kriuk saat suasana senyap di masjid? Tapi jangan meniru kami ya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun