Waktu Senggang Sebagai Strategi Kebudayaan: Refleksi Atas Buku "Kebudayaan dan Waktu Senggang" Karya Fransiskus Simon
3 April 2024 09:12Diperbarui: 3 April 2024 09:35990
Hari ini ketika kita berbicara tentang 'waktu senggang', 'waktu luang', atau mungkin 'wektu selo' dalam bahasa Jawa, maka yang terlintas dalam benak adalah hal-hal yang berasosiasi dengan kesenangan, konsumerisme, dan kenikmatan. Tiga kata yang masih bersifat abstrak tersebut (kesenangan, konsumerisme, kenikamatan), jika diejawantahkan dalam konsep yang lebih bersifat konkret dan praksis, maka akan ditemui konsep-konsep seperti wisata, healing, touring, belanja, mall, spa, bioskop, dan berbagai hal yang secara substansi berlawanan dengan konsep yang lekat dengan aktivitas bekerja. Konsep-konsep tersebut merupakan manifestasi dari rasa keinginan untuk lepas dari kepenatan yang dihasilkan oleh aktivitas bekerja, baik secara fisik maupun mental.
Jixie mencari berita yang dekat dengan preferensi dan pilihan Anda. Kumpulan berita tersebut disajikan sebagai berita pilihan yang lebih sesuai dengan minat Anda.