Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerbung

Cinta Terakhir Sang Bangsawan (Novel Romansa Thriller Apocalypse Episode 111)

19 Mei 2023   11:57 Diperbarui: 24 Mei 2023   06:18 154 6
Mata Orion menyipit, siaga mengawasi setiap pergerakan Russell yang masih lemah namun tahu bahwa ia tak lagi terkungkung dalam kandang besinya. Zombie itu tampak linglung, sama seperti rekan-rekan senasibnya dari Chestertown. Mereka mungkin tak lagi hidup, tetapi jelas masih memiliki semacam naluri.

Mereka telah dibebaskan kembali walau hanya untuk sementara. Untuk apa? Tak seorang penonton pun tahu apa sesungguhnya tujuan utama pertunjukan mengerikan ini.

Orion sendiri yang sadar, mungkin kesempatan untuk membantu Russell hanya tinggal beberapa saat lagi, It's now or never! batinnya sambil menunduk, melirik senapan yang tersembunyi di bawah kursi penonton. Ia sudah hendak meraihnya, tetapi segera mengurungkan niat. Mama dan Rose berada sangat dekat dan mereka akan terkejut atau malah mencegahku! Tidak sekarang...

Mati-matian berusaha untuk sabar, pemuda itu kembali fokus memandang ke tengah arena. Para zombie itu akhirnya keluar satu persatu setelah mendorong pintu kandang kecil mereka. Russell yang terakhir, tampaknya seperti pribadinya saat masih hidup, tak peduli dengan sekitarnya.

"Finally! Awesome!" Lady Rose kelihatan jelas terkesima walau sedikit ketakutan. Lady Mag sama seperti Orion, tetap waspada. Ia ingin berkomentar tetapi semua kata masih tertahan di mulutnya.

Seorang dari kawanan zombie itu berjalan mendekat ke arah penonton. Kelihatannya itu pertanda tak baik. Penonton dari penghuni kompleks yang berada di balik pagar awalnya berdiri dari tempat duduk masing-masing, segera menjauh atau menyingkir ke belakang karena takut.

"Wah, apa yang terjadi? Ada yang mendekat? Sungguh menegangkan!" pembawa acara mulai bicara lagi lewat megafon, "Jangan khawatir, Penonton. Mereka takkan pernah bisa menyakiti Anda! Semua aman!"

Benar saja. Saat zombie itu mengulurkan kedua tangan dan meraih pagar pembatas, tetiba lengan dan tubuhnya berguncang hebat.

Tersengat listrik ribuan volt, tentu saja ia tak bisa lagi melepaskan diri! Beberapa menit kemudian ia tampaknya sudah terpanggang. Aroma sangit daging busuk memenuhi udara. Penonton-penonton terdekat terpaksa menutupkan tangan ke hidung walau mereka sudah bermasker. Meski sempat ketakutan, rasa penasaran semuanya masih jauh lebih besar!

Zombie-zombie lainnya segera sadar, rekan mereka yang ceroboh itu sudah mati untuk kedua kalinya kali ini takkan pernah bangkit lagi. Mereka kini sudah tahu pagar itu sangat berbahaya, tak boleh disentuh. Mereka belajar dari hal ini!

Edward Bennet yang menonton dari sisi kamp tamunya diam-diam tersenyum. Menyaksikan semua itu, tetiba ia mendapatkan ide yang sangat bagus! "Brilian! Aduh, permisi, aku ingin ke kamar kecil dulu! I'll be right back!" pamitnya kepada rekan-rekan se-kamp. Mereka tentu saja tidak menaruh curiga. Edward segera pergi meninggalkan tempat duduknya untuk menuju perbatasan antara kamp dengan lahan Delucas. Entah apa yang ia katakan, tetapi ia diizinkan petugas keluar entah ke mana.

Sementara Orion tampak sangat geram dengan kematian zombie malang itu. Meski mungkin ia sudah mati sejak cukup lama, Orion sungguh tak terima dengan kekejaman ini. Rani, syukurlah kau tak berada di tempat ini sekarang dan harus menyaksikan ini semua! Saat ini juga aku harus mengambil tindakan!

Orion tak ingin lagi minta persetujuan siapa-siapa. Sementara ibunya dan Rose masih tegang menyaksikan apa yang kemudian terjadi di arena, pemuda itu segera bertindak. Diraihnya senjata laras panjang di kolong tempat duduknya dan diarahkannya kepada Russell.

Zombie itu memang tak tahu apa-apa lagi, sama sekali tak peduli kepada temannya yang telah menjadi korban. Ia hanya ingin melakukan apa saja agar bisa menghilangkan semua perasaan tak nyaman itu...

"Lapar, haus, sesak..." Russell ternyata masih bisa berbicara tanpa diminta.

Mendengar itu, semua manusia terpana, terlebih lagi Rose yang bertambah takjub saja, "Hei, luar biasa! Apakah dia sebenarnya masih sadar?"

Pembawa acara juga segera menimpali, "Wow, yang paling besar ini korban pertama dan juga terlihat paling luar biasa malam ini! Russell, itulah namanya! Petugas, segera beri Russell sesuatu untuk dimakan! Ia terlihat begitu lapar..."

Tangan Orion bergetar, masih belum sanggup untuk menarik pelatuk senapannya. Diulurnya waktu sementara semua penonton menahan napas menyaksikan beberapa potong daging segar dilemparkan beberapa petugas ke arena dari sebuah kotak pendingin. Mungkin produk hewan ternak atau apa, tak seorangpun peduli.

Russell dan kawanannya semula diam saja, sepertinya belum tanggap atau belum bisa melihat jelas. Akan tetapi mereka semua sudah sangat lapar, haus dan sesak. Mereka sangat terdesak, sangat membutuhkan makanan lezat itu.

"Apakah zombie sebenarnya masih bisa melihat dan makan? Oh wow, ini sangat menarik!" Rose tak bisa berhenti memandang lekat-lekat.

Russell sudah sungguh-sungguh tak tahan lagi. Bergerak cepat ke arah makanan lezat itu diikuti belasan teman-temannya, mereka segera menyerbu bagai burung nasar mengelilingi karkas. Begitu bernafsu menggasak semua dalam sekejap mata.

Maafkan aku, Russell, tetapi aku harus segera 'menidurkanmu' sebelum hal-hal yang tak diinginkan terjadi! Orion yang sedari tadi menunda tak ingin lebih lama lagi Russell 'menderita'. Akan tetapi... "Hah? A-a-ada apa ini?"

"Oh, tidak!"

"What's going on here? Why..."

Tetiba saja suasana yang semula terang benderang berubah jadi gelap gulita. Seluruh lampu tinggi arena parade malam mendadak padam, begitu pula seluruh penerangan area kompleks Delucas! 

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun