Mohon tunggu...
KOMENTAR
Fiksiana

(18+) Honey to the Moon (3): Saat Pertama

25 Januari 2021   11:58 Diperbarui: 28 Januari 2021   07:37 3189 2
"Kita bermalam di sini?" polos pengantin baru tomboy Joy, saat Rey sang pangeran imut sang mempelai pria, menggandengnya mesra ke sebuah tenda yang hanya berselubung kain putih berenda halus semi transparan, indah dan romantis berhiaskan bunga-bunga mawar segar dan di bawahnya, di atas pasir putih, lilin-lilin imitasi yang telah dinyalakan sebelumnya.

Rey mempersiapkan segalanya dengan sempurna. Biasanya ia lebih suka tampil sederhana, tapi malam ini tampaknya ia betul-betul all-out mempersiapkan bulan madunya dengan Joy. Membawanya ke tempat terpencil di ujung dunia dimana tak ada seorang pelayanpun, nyaris tak ada fasilitas mewah, kecuali semua yang telah dirancang khusus olehnya. Rey memang pangeran yang walau sangat down-to-earth, tapi juga sangat sophisticated.

"Mengerikan." Joy malah sedikit bergidik membayangkan akan bermalam di dalam sana, walaupun di atas sebuah peraduan berwarna pink nan empuk dan nyaman -bukan ranjang- yang berhiaskan seprai super halus bertabur bunga mawar merah. Romantis abis, sangat manis, sangat seksi. Tapi..

"Mengapa?" heran Rey. "Tak suka?"

"Terlalu terbuka." Joy yang jarang sekali berpakaian seksi, apalagi berbikini, apalagi tanpa apa-apa, mendadak malu sendiri.

"Oh, itu. A.. aha ha ha ha." Rey lagi-lagi tertawa. "Takut ada pengganggu? Yang bisa mengusik dan mengintip kita di sini paling-paling bintang-bintang, nyamuk-nyamuk nakal, kelelawar dan bila siang, burung-burung camar."

"Yakin?" Joy tahu lokasi ini super privat, tapi tetap saja masih malu-malu kucing.

"Iya, aku saja yang bisa melihatmu, dan kamu juga sebentar lagi akan melihatku. Aku yang asli."

"A.. asli? Aww.." Joy mengerti, tapi ia tak berani berkomentar. "Sungguh, aku gak mengerti.

"Dasar Joy. Aku tahu sebenarnya kau sedikit nakal juga, kita sama."

"Iya sih." tersipu malu, teringat pas kuliah ia sering menemukan foto-foto artistik pria-wanita tanpa busana di perpustakaan kampus. Tergantung dari sudut pandang mana, bisa jadi menarik, bisa jadi erotik.

"Gak munafik, aku sudah pernah lihat foto dan gambar begituan sebelumnya. Tapi secara langsung, ehh.. belum."

"Aku juga belum. Sama. Kita belajar sama-sama ya mulai malam ini." polos sang pangeran, pasang tampang baby face paling innocent.

"Dasar Rey."

Joy tahu, ia sudah boleh melakukan apapun dengan Rey mulai hari ini, mulai malam ini. Dan Rey masih menunggunya dengan cukup sabar, ini adalah hal yang masih sangat baru juga bagi keduanya.

Selama pacaran, mereka cukup tahan iman hingga saat ini, berhasil untuk tak berbuat hal yang masih tabu itu saat belum resmi, tapi tabu itu telah tak tabu lagi, apalagi malam semakin larut.

Rey membimbing Joy ke dalam pondok cinta mereka. Disibaknya tirai yang melambai-lambai ditiup angin laut malam hari, lalu segera menutupnya lagi.
"Dingin? sebentar lagi dijamin hangat kok." diledeknya Joy, yang seketika jadi jengah. Ini sangat mendebarkan dan menegangkan bagi si polos Joy yang masih malu-malu , setidaknya, karena pertama kalinya bersama di satu titik sebagai suami istri.
"Iya, dingin."
Joy membiarkan Rey mendekapnya. Hangat. Mereka saling memandang dalam keremangan.
"Di sini, hari ini, dan seterusnya, kita mulai kisah kita." katanya takzim.
"Janji mau pelan-pelan dulu?"
"Hah?"
"Iya, takut sakit."
Rey tergelak. "Aku baca sedikit tentang itu. Gak sakit katanya. Asal cukup 'dipanaskan' " ucapnya sedikit lebih rendah.
"Memangnya mesin?"
"Seperti itulah." mata Rey seakan tersenyum. Joy membuang pandang malu. Sama Rey sih, gak akan susah. Membayangkannya saat mereka ke kolam renang, Rey hanya pakai celana renang selutut saja, Joy jadi jengah. Apalagi bila Rey, uh..

Sebenarnya perempuan sama saja dengan laki-laki, punya nafsu beranak-pinak juga. Jadi, untuk apa malu-malu? Di sini, toh aku sudah resmi dengan Rey dan tak ada Chelsea atau siapapun yang bisa membuatku cemburu lagi. - Joy tak lagi malu, malah saat teringat akan Chelsea entah mengapa ia terpacu untuk lebih lagi ingin 'menguasai' Rey hanya untuknya seorang!

Rey yang sedari tadi diam memandang Joy, tiba-tiba dapat kejutan manis. Joy menarik wajahnya mendekat dan mencium mesra pipinya seperti saat mereka pulang kencan pertama kali.

"Eh, Joy?" pemuda itu gantian jengah, "Hmm, ya, kau memang nakal. Harus dihukum."

"Sebal aku membayangkan Chelsea dulu dekat denganmu."

"Aku juga posesif. Kamu hanya untukku saja, bukan untuk siapa-siapa."

"Sakit engga sih?" Joy lagi-lagi berbisik. "Tapi kata orang, enak."

"Mana aku tahu, kita coba saja,"

Tiba-tiba saja bibir mereka saling memagut.
"Mmhh.." french kiss - istilah asingnya. Joy heran, semua rasa geli dan jijik saat melihat bila orang-orang lain melakukan entah di film atau dimana, tak lagi terasa saat dengan Rey.
Rey membimbing Joy menelusuri tubuh rampingnya, saling menyingkap semua yang tertutup. Dan sebaliknya, Joy sungguh tak lagi malu, merasa dirinya bagai Hawa yang ditatap dan menatap Adam di taman Eden untuk pertama kalinya.

Dan sungguh, begitu indah ciptaan Tuhan itu. Cinta dan raga berbeda berpadu saling menyempurnakan.

Semua kini sudah tak lagi jadi rahasia. Tangan mereka saling membelai. Berusaha menggapai satu sama lain tanpa perlu basa-basi lagi. Tanpa perlu banyak kata-kata lagi. Rasanya sesuatu sudah sangat mendesak ingin segera diwujudkan.

Mereka tak butuh waktu lama untuk eksplorasi pertama itu, dan semua yang dinanti pun terjadi, bagai adegan lambat tetapi tetap terasa terlalu singkat. Bagaikan ritual agung yang mengantarkan dua anak manusia menuju kedewasaan. Menikmati setiap rasa pertama melihat, mencoba, mengenal keintiman sedalam-dalamnya antara pria dan wanita.

Deg. Sesuatu menyala, seakan waktu terhenti. Dan keduanya berpegangan, mencengkram erat-erat, seakan tak mau dipisahkan lagi.

"Rey, ini mimpi ya?" ucap Joy saat mereka 'selesai' yang pertama kali itu.
"Sepertinya begitu." si pangeran menyeringai, "Terlalu indah ah. Gak mau bangun lagi. Sekarang aku sudah resmi jadi pria dewasa." tambahnya nakal. "Bagaimana, sakit?"
"Pertamanya, iya sedikit." malu-malu Joy menyahut. "Uh, tapi, aku tak bisa berhenti. Sekarang aku mengerti, kok sekali berbuat, gak bisa lepas lagi."
"Lanjutkan?"
"Dasar Rey."

... (kedua kali, imajinasikan saja sendiri).

"Ada yang ingin kukatakan, Joy."
"Apa itu?"
"Kau harus dihukum karena membuatku tambah mencintaimu! Mulai malam ini, kau harus selalu siap aku nakali'. 24 jam sehari. Perintah pangeran Rey." nadanya angkuh.

"Kalau aku menolak?" tantang Joy sebal, tapi senang juga bila Rey bilang cinta begitu, walau angkuhnya terlalu 'dibuat-buat'.

"Nanti kutinggalkan kau sendirian di pulau ini, mauu?" Rey pura-pura bangun dari tidurnya, hendak berpakaian lagi.

"Oh, no no no. Awas kalau kau berani! Sudah kaujadikan aku begini."

Joy menarik suaminya untuk bergumul intim sekali lagi.

(bersambung)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun