Mohon tunggu...
KOMENTAR
Kebijakan

Saya bukan Buzzer

21 Desember 2020   09:45 Diperbarui: 21 Desember 2020   10:08 151 1
SAYA BUKAN BUZZER
by Raja Euy / muslimGus Ais

Seringkali orang dituduh sebagai buzzer karena posting dan komen hanya karena tidak sepaham saja. Parahnya apabila tidak bisa berargumentasi yang ilmiah berdasarkan data dan fakta dari sumber kredibel, mereka akan membalas tanpa beradab. Secara otomatis akan mencaci maki dengan diksi kasar kotor cabul, mendoakan dengan doa yang buruk-buruk sampai ancaman menggeruduk ke rumah.

Mengaku beradab dan menjunjung demokrasi, tetapi apabila berbeda marah. Perbedaan di media dan sosial media harusnya diselesaikan dengan hak jawab di media juga. Kebenaran dunia harus diselesaikan di Pengadilan Negara (PN, PT, MA/MK) dengan berdasarkan fakta dan data berupa 'pengakuan, bukti, saksi dan saksi ahli' yang kredibel, bukan berdasarkan katanya atau kataku. Tidak bisa masalah hukum dunia diselesaikan melalui tawar menawar atau intervensi Pengadilan Jalanan (demo) Pengadilan Media (opini) atau Pengadilan Meterai (damai)

Saya independen, hanya karena peduli dengan keberlanjutan negara membuat rasa kebangsaan menjadi ikut kritis. Karena tidak memiliki kekuatan berupa jabatan publik, senjata atau media, saya hanya bisa mengkritisi melalui sosial media. Kritik ke pemerintah atau anti pemerintah saya sampaikan hanya sebagai bentuk perlawanan atas hoax. Meluruskan atau menyeimbangkan informasi semata. Dengan identitas asli opini saya ambil sumbernya dari data resmi, website otoritas resmi dan media mainstream. Yang berkaitan dengan hukumpun saya merujuk dari keputusan pengadilan yang bisa dilihat diwebsitenya.


PRO PEMERINTAH ?

Pro sudah pasti. Karena saya menjunjung keberadaban yang aplikasinya dalam bentuk penegakan demokrasi tang beradab. Suka tidak suka apabila konstitusi sudah memutuskan siapa yang berhak memerintah, wajib diberi kesempatan dengan mendukungnya. Selama periode rezim memerintah, kebijakan dan hukumnya sah dan wajib diikuti. Ketidakpuasan bisa disampaikan dengan tidak memilihnya lagi dalam pemilu selanjutnya.

Orang atau rezim akan dipandang baik untuk masanya, dipandang kurang baik untuk masa sesudahnya. Untuk itu diperlukan periodesasi, agar rezim sekarang lebih baik dari rezim sebelumnya, dan rezim besok lebih baik dari rezim sekarang. Dan menyadari bahwa tidak ada satupun rezim didunia yang sempurna, demi perbaikan rezim wajib kita mengkritisinya juga.

Dalam pandangan saya hampir semua sektor sudah baik terutama untuk infrastruktur, desa tertinggal, pulau terluar, ekonomi kreatif, pariwisata, kesehatan, dan efesiensi birokrasi. Hanya yang kurang adalah jajaran kehumsan LK/LNK dan polhukam yang kurang cepat, antisipatif, tegas dan adil dalam menjalankan fungsinya. Serta penempatan milenial profesional yang diluar ekspektasi. Pintar dan profesional adalah penting tapi ternyata untuk pejabat publik selain memerlukan keluwesan juga perlu jam terbang. Semoga milenial yang saat ini menjadi menteri, wakil menteri dan staf ahli tidak putus asa. Anggaplah bersyukur diberikan kesempatan magang untuk menjadi pemimpin nasional dimasa depan

Kekurangan pemerintah saya sampaikan dengan posting dan komen, terkadang dalam bentuk meme atau plesetan. Insyallah saya tidak pengecut, setiap kritik selalu sertakan link/screenshotnya, juga saya japri atau cc/tag ke pejabat atau instansinya. Tentu yang sering saya cc selain presiden adalah jajaran polhukam, lingkungan hidup, agraria, pendidikan dan agama. Saya japri karena mereka pasti jarang baca komen. Mereka tidak pernah baca media, yang mereka baca/dengar hanya topik hangat yang sudah dibuat lust oleh sekretaris/ajudannya. Kalau ajudannya takut, kritik dan cacian buruk belum tentu disampaikan


ANTI HABIB RIZIEQ SHIHAB ?

Sebagai muslim wajib hukumnya saya menghormati keturunan nabi Muhammad SAW. Namun hanya ajakan/ajaran buruknya yang tidak wajib saya ikuti. Karena Tuhan sudah punya kriteria baik dan buruk, serta surga untuk siapa. Surga tidak mengenal silsilah dan jabatan untuk menjadi penghuninya. Karena hanya orang yang bertaqwa berakhlak baiklah yang dapat disisi Allah SWT.

Bagi saya HRS orang beruntung dan baik hanya sedang kilaf. Kilaf mungkin karena berada pada lingkungan yang salah dan dijeremuskan oleh orang orang yang tidak bertanggung jawab. Yang tidak saya suka hanya cara dan bicaranya yang sering caci maki dengan kata kata kasar dan kotor. Saya kadang sedih dan berusaha mencari rujukan padanan sikap lakunya dengan tokoh-tokoh agama sebelum sebelumnya. Saya tidak menemukan satu namapun sejak jaman nabi sampai jaman reformasi seorang ulama yang bermulut kasar dan kotor, serta mendoakan dengan doa yang buruk-buruk. Ulama-ulama sebelumnya bicaranya santun penuh kesejukan, bahkan dengan yang berseberanganpun tetap mendoakan dengan baik "semoga yang bersangkutan diberikan hidayah untuk hijrah dari keburukan menjadi kebaikan'. Inti kekurangannya HRS hanya di cara bicara dan pemilihan diksi kotor saja, yang lain lain its ok.

Kenapa saya bilang HRS baik dan sedang kilaf saja? Ternyata dari ceramah-ceramahnya yang tendensiua dan provoktif, ada ceramah yang menurut saya benar, bijak dan beradab. Yaitu sewaktu inti ceramahnya mengajak menjauhi kekerasan dan memenangkan pemilu, mengusai parlemen dan membuat UU Syariat Islam. Meskipun saya tidak setuju Indonesia menjadi negara Islam, tapi kalau parlemen dikuasai dengan sah demokratis dan sudah membuat keputusannya, mau tidak mau yang tidak memilihnyapun harus setuju dengan keputusan konstitusional itu. Ketidaksetujuan akan kita perjuangkan pada periode berikutnya

Jadi saya bukan buzzer, tidak pro pemerintah juga tidak anti HRS. Saya hanyalah pro NKRI, saya pro demokrasi, saya pro akhlak yang baik. Saya hanyalah anti intoleransi, radikalisme dan anarkisme. Allhuakbar, Merdeka !

Jakarta 211217
AR RE BG MW GA

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun