Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi Artikel Utama

Jadi, Duduklah

24 Maret 2015   22:48 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:05 232 24


***

lama ayunan itu basah
isak pagi belum berhenti
"kamu datang terlambat, aku menunggumu dan terpanggang selongsong cahaya"

angin memucat
dirapikannya hembusan nafas yang memburu
setelah menapak menembus ruang dan waktu
melaju di lorong-lorong langit rindu

sang pagi bimbang
benaknya berayun-ayun bagai timbangan emas
mengingat
berapa dalam kasih yang terlahirkan?
menimbang
berapa berat cinta yang bertahan dalam kadar karat?
dan
berat memutuskan
"jangan buat diriku menunggu - jika tak ingin badai cemburu menelanku"

jadi, duduklah ...

***
Jakarta - 24 Maret 2015
@rahabganendra

Sumber Gambar Ilustrasi Dokumen Pribadi.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun