Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan Artikel Utama

Literacraft: Ketika Literasi Bertemu dengan Kreativitas

6 April 2015   08:14 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:29 222 3
Pada hari Sabtu siang kemarin, tanggal 4 April 2015, bertempat di Surau Kita, TPA Brunswick mengadakan workshop bagi anak-anak dengan tajuk Literacraft: Building Literacy through Crafting. Ide workshop ini tercetus melalui obrolan saya dengan Zubeth. Dosen Kima Fisika dari Universitas Brawijaya yang sedang mengambil PhD di Swinburne University ini punya banyak fans, yakni anak-anak area Brunswick/Coburg. Bagi mereka, tante Zu is the creative scientist who can do various kinds of craftworks. Zubeth sudah seringkali mengajari anak-anak membuat berbagai macam prakarya yang berbasis jahitan. Bahkan hasil karya pribadi Zubeth sendiri selalu dituangkan di blog kreatifnya, http://www.ndondomi.wordpress.com. Saya pernah melontarkan betapa pentingnya crafting untuk membantu orang-tua dan guru mengembangkan kemampuan literasi anak. Seperti menemukan aha moment, akhirnya kami bersepakat untuk berkolaborasi. Mengajari anak-anak crafting dengan berorientasikan pada literasi. Musim liburan sekolah seperti sekarang ini, di pertengahan musim gugur, adalah saat yang pas untuk mengaitkan antara sains, prakarya, dan literasi. Zubeth memilih topikHow leaves change colours dan How Airplanes Can Fly. Dia menyiapkan materi sains dan bahan-bahan crafting, sementara saya menyiapkan buku online tentang Autumn Leaves, template teks prosedur untuk belajar menuliskan proses, dan sekilas powerpoint presentation untuk pengantar. Komunitas TPA Brunswick yang solid dan aktif membuat kami tidak kesulitan mendapatkan peserta. Hanya dalam dua hari poster dibuatkan oleh Kanti, sesama emak PhD, tidak kurang 30 anak, mulai level Kindergarten-grade 6, didaftarkan orang-tuanya. Workshop dibuka dengan sekilas informasi tentang pentingnya literasi dan kreatifitas, dan bagaimana keduanya harus saling menguatkan. Literasi dan kreatifitas bisa dikembangkan untuk memberikan pengetahuan apa saja, baik sains maupun kehidupan sosial. Ini bisa menjadi dasar untuk mengembangkan kemampuan otak kiri (sains, logika, analisa, organisasi ide) dan otak kanan (bahasa, seni, imajinasi, kreativitas, kebebasan berpikir) secara seimbang. Tujuannya adalah untuk mengurangi/menghilangkan dikotomi keilmuan antara ilmu pasti dengan ilmu sosial dan humaniora. Literacraft adalah sarana untuk menjembatani otak kiri dan otak kanan. Saya juga sedikit mengulas tentang peran scribbles (tulisan oret-oretan) dan pretend reading (membaca pura-pura) dalam perkembangan literasi anak. Kedua aktivitas ini perlu diperhatikan orang tua, karene menandakan anak sudah menumbuhkan ketertarikan kepada kegiatan baca-tulis. Jadi anak tidak perlu dimarahi karena sudah mengotori dinding dengan ‘benang ruwet,’ tapi perlu digali cerita apa yang ada di balik coretan itu. Kebetulan sebelum workshop dimulai, Arrayah, grade 1, sedang sibuk menggambar. Saya sempatkan ngobrol dengan dia, dan meluncurlah cerita tentang gambar itu.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun