Mohon tunggu...
KOMENTAR
Inovasi

Koran, Litbang, dan Produk Jurnalistik

10 Agustus 2012   02:09 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:00 673 0
Koran mau tak mau memang harus menyesuaikan diri dengan perubahan. Jika ini tidak dilakukan maka ia akan digilas oleh perubahan.

Perubahan apa? Tentu saja perubahan cara menyajikan berita. Sudah bukan rahasia lagi bahwa kehadiran media online, jejaring sosial: Facebook dan Twitter, mau tidak mau membawa perubahan cara membaca dan mendapatkan informasi.

Media online punya kelebihan kecepatan dan aktualitas. Sementara koran punya kedalaman dan bisa mengungkap cerita di balik berita.

Nah, di sinilah peran lembaga penelitian dan pengembangan (litbang) sesungguhnya sangat dibutuhkan.

Litbang mesti menunjang kerja wartawan untuk bisa menghasilkan tulisan-tulisan yang lengkap, akurat, dan terpercaya. Ini bisa dilakukan dengan melakukan polling secara rutin. Atau semacam studi kepustaan yang kemudian diramu dengan laporan dari lapangan. Dan inilah yang dilakukan Majalah Tempo ketika menulis liputan khusus tokoh-tokoh nasional: Bung Karno, Bung Hatta, Tan Malaka, dan Sutan Syahrir, dan beberapa tokoh lainnya.

Disamping itu, Litbang bisa secara berkala bertugas memonitor konten dan membandingkannya dengan beberapa koran kompetitor.

Memang tidak semua koran memiliki divisi Litbang. Koran nasional, macam Harian Kompas, paling tidak menjadi salah satu koran yang benar-benar menjadikan Litbang sebagai kekuatan untuk menghasilkan produk jurnalistik yang berkualitas. Dan inilah barang kali salah satu kelebihan Harian Kompas, selain kekayaan basis data (database).

Terbaru malahan, Harian Kompas melakukan hitung cepat (quick count) pada saat pemungutan suara Pilkada DKI putaran pertama pada bulan Juli lalu.

Alhasil, hasil hitung cepat yang dilakukan Tim Litbang Harian Kompas dalam pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta pada Selasa (11/7/2012) lalu, tercatat paling cepat dan presisi.

Dengan demikian, maka jangan heran kalau kemudian kalangan akademisi, politisi, dan kalangan pengambil kebijakan, misalnya, menjadikan hasil polling Litbang Harian Kompas sebagai acuan dan rujukan manakala mereka membuat tulisan maupun mengambil kebijakan.

Apa yang dilakukan Harian Kompas dengan memperkuat Litbang-nya, saya kira patut dicontoh bagi koran-koran lain. Mengingat saat ini eksistensi koran benar-benar teracam di tengah kepungan menjamurnya media online, televisi, dan jejaring sosial.

Tidak ada kata lain, selain memperkuat divisi Litbang untuk menghasilkan karya jurnalistik yang berkualitas. Tentu koran mesti ditunjang dengan desain perwajahan yang "visual thinking". Dimana gambar, infografik, ilutrasi, menjadi hal yang sangat penting dari keseluruhan wajah surat kabar. Inilah salah satu cara jitu untuk menyesuaikan diri dengan era digital. Harapannya koran tetap eksis. (*)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun