Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora

Tiga Raja dari Timur, Atlantis yang Hilang dan Bintang Berekor

29 Agustus 2012   01:54 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:12 9497 5


Oleh Chris Boro Tokan

Tiga Raja dari Timur, seperti yang tersabdakan dalam Kitab Suci Perjanjian Baru, adalah para musafir yang berkharisma, karena hanya melalui petunjuk Bintang Berekor, mereka mengetahui telah lahir seorang Raja yang menjadi Juru Selamat Dunia. Mereka meyakini pengetahuan mereka itu, dibuktikan dengan pengembaraan mencari Raja Penyelamat itu melalui petunjuk Bintang Berekor. Mereka menemukan di Kandang Domba, di Betlehem, sebagai tempat satu-satunya yang dapat menjadi penginapan Santa Maria dan Santu Joseph beserta Bayi Yesus waktu itu.

Kota Betlehem merupakan kota asal Santu Joseph, karena atas perintah kaisar Agustinus bagi semua orang Bethlehem harus mendaftar kembali status kependudukan (sensus penduduk). Maka Santu Joseph bersama  Bunda Maria yang sedang mengandung Bayi Yesus   meluncur dari Nasaret. Di Bethlehem,  Maria dan Joseph tidak mendapatkan tempat penginapan, diiringi bertepatan dengan waktu kelahiran kandungan Maria semakin dekat.  Tersimpan dalam memori  Santu Joseph sewaktu terdesak ketiadaan tempat tinggal, yakni Kandang Domba milik para gembala yang  terletak di pinggiran kota.   Di Kandang Domba itu, Bayi Yesus dilahirkan oleh Bunda Maria.

Waktu itu, hanya para Gembala yang mengetahui bahwa telah lahir Bayi Yesus, Sang Juru Selamat, berkat pemberitahuan dari Malaekat.  Diikuti Tiga Raja dari Timur, berkat petunjuk Bintang Berekor yang mensinyalkan khabar gembira itu. Bagaimana misteri Tiga Raja Budiman dari Timur yang mempersembahakan Emas, Mur, Kemenyan kepada Bayi Yesus,  dan simbol sinyal cahaya Bintang Berekor yang terperingati setiap tanggal 7 Januari, serta simbol Gembala dan Domba sewaktu malam natal setiap tanggal 25 Desember?

Atlantis yang Hilang, Domba dan Penggembala

Prof. Arysio Santos (Geolog dan Fisikawan Nuklir asal Brasil) melalui penelitian selama 30 tahun (sejak 1985 – 2005) membuktikan bahwa Atlantis yang Hilang itu, adalah Indonesia.Ditandaskan dalam bukunya: ATLANTIS The Lost Continent Finally Found, The Definitive Localization of Plato's Lost Civilization (2005), diIndonesiakan (2009) plus subjudul: INDONESIA TERNYATA TEMPAT LAHIR PERADABAN DUNIA.

Dite gaskan oleh Arysio Santos bahwadiawali dengan ledakan hebat gunung  Karakatau di zaman pleistosen (zaman es) tahun 11.600, mengakibatkan samudra yang terbebaskan dari belenggu es-nya menyerbu wilayah-wilayah dataran rendah, termasuk wilayah Dataran Agung Atlantis dan wilayah yang berbatasan dengan  Dataran Sunda. Peristiwa banjir terdasyat ini yang digambarkan filosof Plato dalam Critias, yang dapat dihubungkan dengan peristiwa geologis yang dikenal sebagai Meltwater Pulse 1B. Peristiwa Banjir ini senantiasa disebut-sebut dalam tradisi-tradisi universal yang menyebabkan exodus massal semua bangsa yang kemudian hari membangun peradaban besar di zaman purba.

Tergolong dalam exodus awal ini adalah bangsa Yahudi, Funisia, Arya, bahkan bangsa Indian Amerika, semuanya terusir dari tanah leluhur mereka di Indonesia dan Asia Tenggara. Awalnya berusaha menetap di India dan Asia Tenggara, namun kemudian terdesak dan pindah ke Cina dan Mongolia, serta tempat-tempat yang sekarang mereka diami, dengan mewariskan peradaban-peradaban besar dari zaman purba: seperti peradaban  bangsa Indian-Amerika, Mesir, Yunani, Minoan, Mesopotamia, Misenia, Lembah Sungai Indus, dsbnya (hal, 152 dan 153).

Exodus massal demikian, sama dengan  migrasi yang diberitakan di Injil (Kitab Keluaran) dan di Kitab-Kitab Suci serupa dari berbagai bangsa di dunia. Mereka adalah legenda yang berhubungan dengan pahlawan-pahlawan mistis, seperti Aeneas yang memimpin bangsa Romawi, Herkules yang memimpin sekawanan ”gembalaan” Yunani-nya, Inca yang memimpin orang-orangnya, dsnya. Berkenaan juga dengan kisah terusirnya Adam dari Surga, kedatangan  Quetzalcoatl di Meksiko, Viracocha dan kedatangan bangsa Inca ke Peru, bangsa Fomoria dan Tuatha De Danaan yang menyerbu Inggris, Nuh dengan  Bahtera penyelamatan, Musa yang memimpin bangsa Israel exodus dari Mesir, dsbnya. Legenda-legenda dimaksud tidak melupakan pahlawan-pahlawan Wanita atau Dewi-Dewi seperti: Venus, Demeter, Dana, Danu, Cybele, Vesta, Hathor, Isis, Ishtar, Shri, Astarte, Hecate,  Myriam, dsbnya (hal. 154).

Dengan demikian para Gembala yang menjadi orang pilihan memperoleh kabar gembira kelahiran Yesus, menjadi simbol para pahlawan (gembala) atlantis yang telah menyebarkan benih peradaban atlantis sehingga tumbuh menjadi peradaban besar di berbagai penjuru dunia di zaman purba, serta kekinian menjadi replika-replika peradaban Atlantis.

Sedangkan Domba, dapat tertelusuri lebih jauh tentang kebiasaan manusia-manusia Atlantis, yang selalu mengorbankan Banteng, sebagai ritual untuk menghormati Poseidon (Raja Laut). Poseidon ini berhubungan dengan Kekaiseran Atlantis yang berada di Lautan (Samudra Pasifik) sebagai satu-satunya lautan dunia (lautan utama) yang membagi ke Barat (lautan atlantik), ke Timur (lautan hindia).  Dalam momentum tertentu Kekaiseran Atalantis harus mengorbankan Banteng sebagai ritual persemabahan kepada Poseidon.

Ritual demikian dalam perkembangan kisah  sejarah umat israel hendak meninggalkan mesir, harus memotong seekor anak Domba Jantan, sesuai perintah Allah, untuk menggosokan/mengoleskan darah Domba itu di bubungan pintu rumah. Tanda gosokan darah domba itu yang menyilih setiap rumah bangsa Israel atas pembunuhan terhadap anak-anak laki-laki sulung bangsa Mesir oleh para Malekat utusan Allah pada malam hari. Menyusul keesokan pagi hari, memaksa Raja Firaun untuk memerintahkan bangsa Israel   segera meninggalkan/keluar dari Tanah Mesir.

Banteng, merupakan perlambangan manusia, rakyat yang dikorbankan/ditumbalkan untuk Poseidon, demi keselamatan manusia, kesejahteraan rakyat yang lain di era Atlantis. Domba, lambang manusia-manusia Atlantis yang mengembara di padang daerah/wilayah (dunia) baru yang digembalakan oleh para Gembala (Pahlawan peradaban Atlantis), akibat bencana banjir dasyat yang telah menenggelamkan Benua Atlantis, Surga Yang Hilang.

Domba konteks sekarang, perlambang manusia-manusia Allah, yang harus digembalakan oleh para Pahlawan (Dewa-Dewi) peradaban era kekinian. Terindikasi  di saat Yesus Kristus  hendak kembali ke Rumah Bapa yang Asli (Surga),  meninggalkan pesan/amanah kepada Rasul Petrus untuk mengembalakan Domba-Domba-NYA.

Domba itu juga yang dilekatkan kepada Bayi Yesus sebagai Anak Domba Allah, terlahir dalam palungan Kandang Domba di pinggiran Kota Betlehem. Anak Domba itu yang menjadi korban/tumbal di Kayu Salib untuk keseimbangan Kosmos, menurut Arysio Santos (hal 127), demi Keselamatan Umat manusia zaman kekinian dan akan datang dari berbagai lilitan belenggu dosa. Mengingatkan Domba perlambang pengorbanan untuk keselamatan anak-anak sulung bangsa Israel, sekaligus keselamatan seluruh bangsa Israel untuk keluar dari tanah mesir (terbebaskan dari lilitan  belenggu perbudakan bangsa Mesir).

Atlantis yang Hilang dan Bintang Berekor serta Tiga Raja dari Timur



Bintang dalam kenyataanadalah benda angkasa yang sering  muncul malam hari, seperti juga Bulan yang mensinyalkan cahaya untuk penerangan Bumi dalam kegelapan malam. Bintang di era masyarakat purba (Atalnatis) menjadi sinyal, antara lain petunjuk akan tiba musim hujan, berakhir musim kemarau, atau malam hari akan berakhir dan akan memasuki pagi hari. Petunjuk pelayaran malam hari di samudra, karena dapat menjadi pedoman letak mata angin (Barat, Timur, Selatan, Utara).

Bintang, dalam elaborasi Arysio Santos disimbolkan sebagai fauna laut yang disebut Bintang Laut, juga menjadi simbol Matahari. Bintang Laut (fauna laut), pemaknaan sebagai bintang penyelamat di samudra (Lautan), yang  sering diperagakan oleh  Ikan Lumba-Lumba. Poseidon (Raja Lautan Atlantis/Pasifik) disimbolkan melalui ikan Lumba-Lumba yang tertemukan dalam mitos  suku Aborigin di Australia. Terhubungkan dengan mitos Minoa-Kreta bangsa Yunani tentang Bintang Laut  sebagai simbol mata hari dan Vas Suci  alias Cawan Suci ( Holy Grail) (hal 265 s/d 278).

Bintang penyelamat di samudra, Bintang Lautan, tersimbol pula melalui Jangkar Laut, untuk berlabuh perahu layar dan kapal-kapal di tengah samudra/lautan. Kisah sejarah keselamatan umat manusia Atlantis oleh Allah karena Banjir terdasat, yang diperankan Nabi Nuh dengan Bahteranya tentu ditopang pula oleh Bintang Laut/Jangkar Laut itu. Jangkar laut itu pula di era kekinian yang menjadi tumpuan keselamatan perahu-perahu layar, kapal-kapal beserta seluruh penumpang saat hendak berlabuh dalam bahaya atau kerusakan perahu dan kapal di tengah lautan.

Bintang Laut itu pula yang menjadi Bintang Udara, Bintang Angkasa Berekor dalam menginformasikan kelahiran Juru Selamat Dunia kepada Tiga Raja dari Timur. Bintang Berekor itu pula yang menuntun Tiga Raja dari Timur dalam pengembaraan untuk menemui Bayi Yesus di Kandang Betlehem.

Mengapa Tiga Raja dari Timur yang menjadi pilihan Allah untuk mengabarkan kelahiran Putra Tunggal-NYA, yakni Bayi Yesus, selain kepada para Gembala Betlehem? Dapat terpahami, karena Tiga Raja dari Timur adalah titisan darah turunan  Umat Manusia Atlantis, Umat pilihan Allah dari Sabda Asli Atlantis Lemuria yang berakhir  75.000 tahun lalu,  kemudian menjelma menjadi manusia Atlantis Sang Putra  yang berujung 11.000 tahun lalu.  Replika Atlantis Lemuria dalam diri Bunda Maria 2000 tahun lalu yang rahimnya mengandung kembali Sabda Asli Allah yang terinkarnasi dalam Bayi Yesus 2000 tahun lalu sebagai Replika Atlantis Sang Putra.***

Dataran Oepoi,  Kota Karang Kupang,  Tanah Timor 29 Desember 2010

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun