Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

Transaksi Sedekah 10 Kali Lipat, Bagaimana Bisa?

3 Desember 2013   14:26 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:22 2045 5
Banyak bukti bahwa sedekah adalah salah satu jalan seksi yang mesti diambil oleh umat muslim. Entah itu untuk kebaikan hidup di dunia maupun bekal hidup nanti diakhirat. Karena janji Allah itu pasti. Satu dibalas sepuluh atau tujuh ratus kali lipat adalah sebuah transaksi yang ditawarkan olehNya. Sebuah penawaran yang seharusnya tidak ada satupun yang menolak, karena begitu menguntungkan!

Tidak sedikit cerita dari orang-orang yang telah membuktikan dan mengalami bahwa berniaga dengan Allah tersebut terbukti benar adanya. Kita bisa membaca testimoni atau kata tetangga sebelah mah 'kesaksian' bertebaran di internet. Atau cerita orang-orang di televisi dalam acara ceramah Ustadz Yusuf Mansur bisa kita dengar dan lihat untuk diambil hikmahnya.

Tapiii... Mengapa? Walau sudah begitu banyak bukti, hanya sedikit muslim yang mau melakukan hal tersebut. Sebenarnya, pertanyaan ini tak perlu dijawab. Karena kita telah ketahui bersama bahwa manusia itu pada dasarnya kikir. Inginnya diberi, tapi susah untuk memberi. Tak perlu jauh-jauh saya kasih contohnya bahwa manusia itu kikir. Lihat saja nanti, rating tulisan ini paling yang ngeklik bermanfaat-menarik-inspiratif hanya beberapa orang yang mau melakukannya. Padahal ngekliknya gratis, ga perlu mengeluarkan uang. Jadi, wajar kalo kita disebut kikir, ngeklik yang gratis aja gak mau apalagi melakukan hal-hal yang ngeluarin duit! :)

Namun kenapa pertanyaan ini kita bahas, tujuannya adalah agar ada satu jalan keluar dari masalah itu. Semoga setelah kita bahas, saya dan anda tidak ragu lagi untuk haqul yakin kalau sedekah satu akan dilipatgandakan sepuluh sampai tujuh ratus kali lipat. Mari kita berbagi pemikiran untuk hal tersebut. "Kenapa" dan "bagaimana" saja bahasan nantinya, tidak perlu ribet-ribet pake 5W 1H, biar gak pusing. Setuju?

*****

Kenapa?
Ada beberapa alasan mengapa kita ragu untuk sedekah, berikut kita coba bahas hal tersebut.

Pertama.
Allah tidak bisa dilihat, inilah salah satu alasan kita ragu untuk berniaga denganNya. Kita biasanya berpikiran buruk; nanti bagaimana kalau uang yang saya sedekahkan tidak cepat-cepat dikembalikan. Atau Allah berkelit dengan membalasnya diakhirat nanti sedangkan saya butuhnya sekarang. Bisa-bisa saya sengsara nanti. Bukannya keuntungan yang didapat, malah utang yang merapat.

Kedua.
Kita ragu. Apakah mungkin kalau saya sedekah satu juta atau lebih bisa dibalas sampai tujuh ratus kali lipat jadi tujuh ratus juta? Kok seperti sedang menghayal. Darimana hitungannya dan bagaimana caranya!

Ketiga.
Ada sedikit rasa percaya tapi tidak mau ambil resiko. Kalau tidak bisa dikatakan bahwa kita sebenarnya tidak percaya sama ucapan dan janji Allah dan Rasulnya walau kalau ditanya pasti bilang "PERCAYA" dengan nada berapi-api. Sedekahnya sedikit saja, biar nanti kalau gak dibalas, tidak rugi dan menyengsarakan.

*****

Bagaimana?
Bagaimana dalam hal ini adalah solusi dari ketiga hal tersebut di atas.

Pertama.
Kita senang bertransaksi atau berniaga dengan manusia dan percaya bahwa mereka akan memberikan keuntungan sesuai dengan kesepakatan bersama. Tapi kita lupa atau seakan tidak pernah membaca berita, bahwa ternyata banyak sekali penipuan yang dilakukan oleh manusia! Tapi kita tidak pernah mendengar atau membaca berita kalau Allah pernah menipu jika berniaga dengan manusia! Oleh karena hal tersebut, ngapain kita takut berniaga dengan Allah yang tidak pernah ingkar janji sedangkan berniaga dengan manusia yang suka menipu, kita tidak takut? Betul tidak.

Kedua.
Ragu katanya. Begini, saya beri pertanyaan, kenapa kita tidak heran terhadap gaji pemain bola yang bisa milyaran rupiah perminggunya? Coba darimana itungannya. Cuman otak atik bola, masukin alhamdulillah gak masukin mungkin nasibnya lagi buruk, tapi tetep aja dibayar milyaran. Sudah gituh mainnya paling maksimal cuma enam jam dalam seminggu. Tapi coba liat nasib buruh pabrik misalnya, kerja delapan jam sehari, fisik terkuras, otak terkuras namun gajih menyedihkan, boro-boro milyaran, bisa dapat upah sesuai UMR pun sudah alhamdulillah. Coba bagaimana hitungannya. Harusnya yang kerja lebih banyak yang dapat lebih uang, tapi ini sebaliknya. Sudah nyambung kan?

Nah, dalam niaga sedekah, tidak usah kita ikut-ikutan menghitung, biar Allah sajalah yang menghitung, wong Beliaulah yang menjanjikan biarlah Ia yang melakukan dan memberi jalannya untuk kita. Bukan begitu?

Ketiga.
Ini hal banyak menghantui pikiran kita. Saya agak ragu terhadap janji Allah, jadi main aman saja. Ngasih sedekah sedikit aja, itupun diwaktu-waktu tertentu, biasanya dihari Jum'at. Karena kebetulan kotak sedekah nyamperin ke hadapan kita. Kalau harus berniat banget ngisi kotak amal tersebut dihari yang lain kayaknya berat banget. Ya iyalah, jangankan ngisi kotak amal, wong sholat di mesjid aja kita jarang, betul tidak?

Atau kita pernah 'trauma', sedekah yang kita keluarkan tidak langsung dibalas sesuai dengan harapan kita. Hmm... Begini deh untuk hal yang satu ini kita putar-putar dikit.

Kalau kita mau makan, ada beberapa langkah yang mesti ditempuh.

Pertama kita mesti menanam terlebih dahulu.
Kedua kita pelihara dan panen.
Ketiga kita olah dan kita makan.

Ini adalah hukum alam. Kalau mau makan kita mengusahakan makanannya terlebih dahulu. Kalau mau untung kita mesti berniaga. Ada jasa ada uang. Ada aksi ada reaksi. Di dunia pasti dua hal tersebut berkaitan. Nah kalau kita sudah sadar dengan hal tersebut, maka ketika kita bersedekah harus diingat pula hukum alam tersebut.

Uang sudah kita sedekahkan. Udah begitu saja. Duduk diam menanti Allah mengirimkan balasannya untuk anda. Begitukah cara kita? Jika iyah, berarti kita sudah melanggar hukum alam yang digariskan oleh Allah. Jadi, jika kita tidak mendapatkan balasan dari Allah secepatnya atas sedekah kita, ya mbo jangan sedih, ngeluh atau marah-marah. Wong kita yang salah kok. Percepatlah keuntungan sepuluh kali lipat atau tujuh ratus kali lipat tersebut dengan berusaha. Yakin, pasti bakal datang keuntungan itu, Allah mah Maha Kaya! Setuju?

Begitu mungkin bahasan niaga sedekah ini. Jika ada salah mohon dimaafkan ya. Wassalam.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun