Mohon tunggu...
KOMENTAR
Hobby Pilihan

Bolehkah Saya Gabung ke Kombes

3 April 2020   09:50 Diperbarui: 3 April 2020   10:56 148 16
Lebih kaget lagi, tulisan saya kemudian ada yang mengapresiasi. Masih ingat betul, waktu itu ada nama Ibu Roselna Tjiptadinata di kolom komentar tulisan saya. Asli, sejatinya saya merasa tersanjung. Mungkin di situlah letak kepolosan saya.

Namun belakangan saya baru sadar, setelah makin rajin membaca karya kompasianer lainnya. Ternyata, apresiasi yang didapat saya, tidak ada sebesar butiran debu pun, dibandingkan kompasianer lainnya. Saya juga sering membaca, bagaimana pengalaman kompasianer lainnya, selama menulis di Kompasiana.

Ada yang berjuang beberapa tahun, baru bisa tulisannya menjadi headline (artikel utama). Namun mereka terus rajin dan tidak patah arang, mewujudkan hobi menulisnya. Terbaca juga ada yang lama naik status dari debutan ke junior, dari junior ke taruna dan serusnya. Tapi ada juga yang dalam waktu singkat naik status

Yang terbaru saya membaca tulisan Bapak Neno Anderias Salukh dan Bapak I Ketut Suweca. Bapak Neno menceritakan bagaimana perjuangannya untuk mendapatkan centang biru. Bapak I Ketut Suweca menggambarkan perjuangannya menghasilkan 500 artikel. Ditambah lagi melihat produktivitas Bapak Tjiptadi Effendi.

Saya merasa kecil-sekecilnya di hadapan mereka. Dan karenanya, apakah saya harus memperhatikan statistik yang ada di profil saya? Sungguh sampai sekarang saya masih bingung soal statistik, kalaupun ada yang menjelaskan mungkin saya cuma mengangguk-angguk saja tanpa mengerti.

Saya cuma mengingat, mulai menulis di Kompasiana tanggal 14 Maret 2020. Jumlah naskah yang dihasilkan sampai 2 April ada 72 tulisan. Di statistik profil saya pada tanggal tersebut muncul tulisan Junior. Bodo amat dengan hal itu.

Yang menjadi kebahagian saya sekarang adalah, makin banyak teman. Saya sering mendapat suport dari Kompasianer lainnya. Dulu, pertama masuk ke Kompasiana saya seperti mahkluk asing. Tak punya teman, dan tak dikenal orang. Jujur di awal-awal kadang saya suka cemburu, kok kompasianer lain seperti sudah saling kenal dari awal. Apalagi membaca tulisan tentang kekompakan Kompasianer Brebes (Kombes). Bagi saya, mereka sangat familier. Saya ingin menjadi bagian di sana.

Dalam hati sering menyebut: apakah saya yang tinggal di Bandung bisa bergabung ke Kombes?(Anwar Effendi)***

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun