Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Lara Raga Luka Asa

9 Desember 2019   23:21 Diperbarui: 9 Desember 2019   23:26 24 4
   
Suara angin membawah rupa kisah resah.
Aku diam, kelu, beku, pilu
Betapa ingin aku mengutip serpihan rasa sakit
Lalu kusemadikan kedalam bilik sempit agar dada ini tak kian terhimpit.

Aku berusaha tegar kan raga
Meski malam selalu tiba seusai senja
Bukan bermusuhan dengan kelam
Atau takut akan kegelapan
Tapi malam selalu menuntunku pada titik asa yang kerap ku eja
Dan selalu berakhir pada air mata.

Tuhan,
Aku tak berani ajukan tanya
Tapi mengapa selalu saja aku dihempas asa-asa yang tak bisa kugapai menjadi nyata.
Tuhanku
Aku tau rupaku tak pantas untuk sebuah pinta.
Aku papa, aku hina, pendosa

Keraskan lagi hati ini, kumohon
Agar tak terlalu mudah tersayat
Hatiku tak dapat jaga rasaku lagi,
Jika memang aku harus kuat
Beri aku satu pijakan untuk menopang sisa hayat ini,
Tuhan......

Aku tak lagi miliki jemari untuk seka air mata yang terus menghujani bumi jiwaku.
Bahkan bahu malam pun menghindar,
Tak sudi biarkan aku bersandar padanya.
Hingga aku tak bisa rebah dan selalu llalui malam dalam jaga

Suara angin membawa rupa kisa peraduan sunyi pada bilik hatiku
Dan lara yang kukutip kembali menguburi raga jiwaku.
Raga jiwaku lara, asa ku luka,
Aliran darah menganak sungai  dan membenamkan jiwaku dalam aroma anyir yang menyesakkan.

Malam ku panjang
Aku terjaga
Aku terluka
Aku jaga nikmati jutaan luka

Kepahiang, 9 Desember 2019
23.10 wib..

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun