Konsekuensinya berat. Selain biaya pendidikan yang sangat mahal (berpuluh kali lipat dibanding uang kuliahku dulu ...) pertarungan antar murid juga sangat ketat. Para orangtua mudah menjadi panik ketika mendapat teguran dari guru tentang perkembangan prestasi murid. Bertambah lagi paniknya ketika mendengar murid lain mengikuti les -- belajar dan atau keterampilan lain -- yang belum diikuti oleh anaknya. Fokus tertuju pada prestasi anak yang harus unggul dan menjadi jawara, eh ... juara. Yang membuatku prihatin -- kombinasi sedih dan kasihan -- adalah setiap kali memeriksa kamar anakku yang sudah terlelap dengan buku-buku masih ada di pangkuannya ...
Suatu pandangan yang biasa bila setiap pagi -- sebelum pandemi Covid-19 -- melihat banyak asisten rumah tangga menarik troli masing-masing anak majikan yang berisi buku-buku dan keperluan sekolah lainnya. Penyebabnya? Tas punggung yang sudah berat disandang sang murid sudah 'nggak muat lagi sehingga butuh bantuan asisten rumah tangga untuk membawakan tas yang lain yang bahkan seringkali lebih berat.
Guru-guru yang berdedikasi dengan kualifikasi sangat bagus tentunya, ditambah dengan lingkungan belajar-mengajar yang sangat mendukung dan sangat kompetitif tidak mengherankan jika sekolah swasta tersebut menghasilkan murid dan lulusan dengan predikat terbaik.