Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Melukis Papa

9 April 2012   04:16 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:51 172 2
Klik. Dia menutup payung lalu mengibaskan air hujan di ujung mantel coklat miliknya yang basah. Dari tangga tempat dia berdiri, seorang anak kecil berlari menerjang rinai hujan dengan begitu berani.  Dia mengangsurkan uang setara tiga ribu rupiah pada bocah hujan tadi, bukan jumlah yang sepadan untuk berlari menawarkan payung, kuyup, dan kedinginan. Dari balik pintu kaca yang berembun dia mengitari ruangan dengan sudut matanya. Hanya beberapa kursi yang berisi, pastilah orang-orang malas keluar hujan-hujan begini. Berkumpul di rumah dengan keluarga justru jauh lebih hangat. Keluarga, kapan terakhir kalinya dia merasa berada di tengah keluarga?

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun