Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan Artikel Utama

Pembiasaan 5S Tidak Sekadar Sambut Siswa Tiba di Sekolah

9 Februari 2023   13:50 Diperbarui: 11 Februari 2023   19:00 1266 34
Sudah pasti semua sekolah melaksanakan pembiasaan salam-sapa, atau yang biasa disebut 2S. Bahkan, sudah sejak lama pembiasaan itu dilaksanakan di sekolah. Tetapi, masihkah berjalan pembiasaan tersebut hingga sekarang?

Menjaga konsistensi itu yang umumnya paling sulit. Pada awal-awal pembiasaan diterapkan, semua terlibat. Melaksanakan dengan senang dan antusiasme.

Tetapi, sering-sering dalam rentang waktu tertentu, tetiba mulai berkurang sikap senang dan antusiasmenya. Itu hampir terjadi di semua hal. Baik hal bagi orang dewasa maupun anak-anak.

Di sekolah tempat saya mengajar, pembiasaan 2S juga mengalami pasang surut. Dulu pernah dilakukan oleh guru secara bergantian sesuai jadwal. Tetapi, dalam masa perkembangannya mulai luntur.

Bahkan, sempat hilang sama sekali. Pembiasaan 2S tidak berjalan. Tetapi, digiatkan lagi. Dan, bisa berjalan.

Mungkinkah di sekolah yang lain mengalami hal yang serupa dengan yang terjadi di sekolah tempat saya mengajar? Saya tidak mengetahuinya. Tetapi, saya berharap tidak terjadi demikian.

Teman-teman guru di sekolah lain tetap semangat menjalankan tugas mulia itu. Terus jaga konsistensi. Jangan kendor. Sebab, disadari atau tidak, pembiasaan 2S memiliki dampak baik, terutama bagi anak-anak.

Memandang adanya dampak baik bagi anak-anak itulah yang akhirnya mendorong sekolah tempat saya mengabdi menggalakkannya lagi. Pembiasaan 2S berlangsung lagi setiap pagi hingga sekarang.

Tidak hanya 2S

Bahkan, tidak hanya salam-sapa. "S"-nya ditambahi tiga. Jadinya, salam-sapa-senyum-sopan-santun. Yang, disingkat menjadi 5S.

Tentu penambahan itu ada latar belakangnya. Penerapan 2S sudah baik ketika ada perjumpaan dua orang atau lebih. Tetapi, situasi dan suasana yang melingkupinya belum tentu mendukung.

Sudah seharusnya seseorang yang memberi salam dan sapa  kepada orang lain disertai senyum. Rasanya kurang lengkap kalau tidak dibarengi senyum. Tentu situasinya  akan terlihat kaku dan dingin jika tidak ada senyum.

Pun demikian ditambahkannya sopan dan santun. Juga untuk melengkapinya. Sehingga, pertemuan yang terjadi akan membangun komunikasi lebih akrab dan membahagiakan.

Dan, kita pun mafhum bahwa akhir-akhir ini, 5S tidak mudah kita jumpai dalam kehidupan  bermasyarakat. Seakan sikap itu menjadi barang langka. Mahal untuk diwujudkan.

Realitas itu semakin diperparah dengan adanya gaya hidup masyarakat semenjak merebaknya penggunaan gawai. Satu orang dengan orang lain sekalipun berdekatan jarang bercengkerama.

Bukankah begitu? Nyaris hampir sepanjang waktu saat-saat ini kita kesulitan menemukan orang saling bercengkerama. Di dalam lingkungan rumah, pun di luar rumah.

Bahkan, bukan mustahil salah satu pelakunya adalah anggota  keluarga kita sendiri. Atau, malah kita sendiri. Mari kita refleksi saat ini! Betulkah kita atau keluarga kita ada di dalamnya?

Jika anggota keluarga kita atau bahkan kita sendiri yang melakukannya berarti kita memperburuk relasi antarsesama. Karenanya, mulai saatnya harus berubah.

Berubah ke kebiasaan  bercengkerama dalam keluarga. Bahkan, perlu ada resolusi dalam keluarga untuk memaksimalkan komunikasi langsung, termasuk bercengkerama.

Keluarga dapat menjadi lahan menumbuhkan suburnya 5S. Karena satu dengan yang lain sudah saling mengenal. Bersenda gurau yang sangat mudah terjadi dalam keluarga bisa digunakan sebagai pemantik lahirnya 5S.

Ini dapat menjadi modal kuat untuk meluaskan sikap 5S dalam masyarakat. Jika masing-masing keluarga sudah pembiasaan 5S, budaya 5S dalam masyarakat tentu terjadi secara otomatis.

5S di sekolah

Sekolah menguatkannya  melalui pembiasaan 5S. Di sekolah tempat saya mengajar, pembiasaan 5S melibatkan anak-anak pengurus organisasi siswa intra sekolah (OSIS). Semua pengurus OSIS mendapat jadwal sebagai petugas 5S.

Dari Senin hingga Sabtu saat pagi sebelum siswa yang lain hadir, petugas 5S sudah siap di sekolah. Mereka mengambil posisi di tiga lokasi.

Posisi pertama diisi oleh beberapa petugas 5S berada di pintu gerbang sekolah. Posisi kedua juga diisi oleh beberapa petugas berada di dekat pintu masuk lobi. Dan, posisi ketiga pun diisi oleh beberapa petugas berada di lobi.

Mereka memiliki tanggung jawab melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai petugas 5S. Tepat sudah, karena mereka termasuk anak-anak yang berkepribadian baik. Ini terseleksi ketika pemilihan pengurus OSIS.

Sepanjang saya mengetahui, mereka melaksanakan tugas dan fungsi itu dengan baik. Mereka menerapkan budaya 5S setiap ada siswa yang melewatinya. Siswa yang melewatinya ada yang sendirian, tetapi ada juga yang bersama-sama.

Tanpa canggung petugas S5 menyambut mereka. Siswa yang datang, baik yang sendirian maupun yang bersama-sama, pun memberikan respon dengan budaya 5S. Melihat mereka berelasi begitu, saya merasa bahagia. Sepertinya nyaman dan damai.

Petugas 5S dibersamai juga oleh guru-guru yang piket 5S. Setiap hari berganti guru piket 5S-nya. Sehingga, semua guru mendapat bagian untuk berperan. Budaya 5S tidak hanya untuk siswa, tetapi juga untuk semua guru bahkan warga sekolah.

Memang untuk karyawan sekolah selama ini belum mendapat piket 5S. Karena, mereka memiliki tugas yang juga penting dalam mempersiapkan sarana proses pembelajaran dan administrasi pendidikan di sekolah pada hari berjalan.

Keterlibatan guru-guru sudah mencukupi untuk pelaksanaan pembiasaan 5S bersama-sama petugas 5S dari pengurus OSIS. Jadi, belum perlu melibatkan peran karyawan sekolah. Pembiasaan itu selama ini berlangsung baik.

Bahkan, dalam pembiasaan tersebut, petugas 5S pengurus OSIS dapat melakukan pemerhatian terhadap siswa yang disambut. Ini bagian lain yang merupakan pengembangan tugas tersebut.

Mereka ternyata dapat juga mencatat siswa yang kurang mematuhi peraturan sekolah. Misalnya, siswa tidak berdasi, tidak berkaus kaki sekolah, tidak berjilbab sekolah bagi yang mengenakan, dan tidak bersepatu hitam, bahkan terlambat datang dapat dicatat.

Catatan tersebut selanjutnya diberitahukan kepada guru bagian kesiswaan. Untuk ditindaklanjuti agar setidaknya siswa yang seperti itu mendapat pembinaan tersendiri. Dan, itulah yang kemudian kami lakukan.  

Upaya pemerhatian demikian merupakan hal baru. Sebab, sebelumnya, siswa yang kurang mematuhi peraturan sekolah hanya ditemukan oleh guru. Sejak ada petugas 5S pengurus OSIS, guru bagian kesiswaan mendapat data yang lebih lengkap.

Dengan begitu, pembinaan untuk siswa yang memerlukan perhatian khusus lebih mengena. Relatif tidak ada yang terlewati. Semua terengkuh dan teperhatikan.

Bukan mustahil 5S juga dilaksanakan di sekolah lain. Sekalipun mungkin dalam bentuk yang berbeda. Tetapi, ujung-ujungnya sama, yaitu untuk membentuk karakter siswa.

Manfaat lebih luas

Pembiasaan 5S yang konsisten akan berkontribusi terhadap pembentukan karakter anak. Kebiasaan itu dapat mengondisikan anak mampu bersosialisasi lebih baik di masyarakat.

Anak tidak canggung ketika bersosialisasi dengan orang lain di masyarakat. Mereka memiliki kepercayaan diri. Etika bermasyarakat dapat dipraktikkan dalam kehidupannya. Baik ketika mereka berada di lingkungannya maupun di lingkungan lain.

Sebaliknya, orang-orang yang berhubungan dengannya bisa lebih terbuka dan akrab. Bahkan, bukan mustahil mereka juga mengagumi karena anak-anak beretika dengan baik dalam berjumpa dengan orang lain. Ini nilai plusnya.

Tentu saja anak-anak yang sudah terbiasa dengan 5S tidak kemudian mudah dikelabuhi oleh oknum penjahat. Sebab, mereka sudah memiliki relasi dengan banyak orang. Dengan begitu, perlindungan dan kekuatan selalu didapatkan.

Bahkan, ke depan anak-anak yang sudah menghayati 5S dalam kehidupannya akan lebih mudah meraih masa depan. Tentu banyak pihak yang membuka ruang untuk bergabung. Mau bekerja, tentu mudah mendapatkannya.

Ini akan membuat bangsa tidak memiliki beban besar atas kehidupan warganya. Sebab, sangat mungkin hidup berdampingan dan saling membantu terbentuk dalam masyarakat.

Jadi, sebenarnya pembiasaan 5S tidak sekadar menyambut siswa tiba di sekolah saat pagi. Tidak. Tetapi, memiliki manfaat yang lebih jauh dari itu.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun