Mohon tunggu...
KOMENTAR
Inovasi

Resolusi Sikap 2011

31 Desember 2010   14:19 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:08 37 1
Akhirnya malam ini tiba juga.

31 Desember 2010, menjelang pergantian tahun. Saat yang tepat buat merenung. Tak perlu ruangan sunyi yang bisa memantulkan suara gemericik air. Atau tak perlu di atas meja kerja, sambil berteman kopi susu panas. Terlalu sempurna.

Di sini, ya di warnet ini. Saya menulis renungan ini, berteman suara Yuni Shara yang melantun dari speaker penjaga warnetnya. Suara ramai dari room pengguna warnet lain yang tengah bermain Point Blank. Renungan saya pun musti terhenti sebentar saat teredengar suara makian-makian khas pinggiran, saat game yang mereka mainkan nge-lag. Saya coba abaikan semua itu...

Tahun baru 2011 sempat saya niatkan sebagai tahun kerja keras. Selain rima bahasanya kena, juga memang saya ingin merasakan kerja yang lebih keras lagi, guna meningkatkan penghasilan saya. Baik secara offline maupun online.

Tapi, setelah dipikir-pikir, apakah memang harus kerja keras? Soalnya, SMS dari ayah angkat saya malam ini, mengingatkan akan hal ini..

--- Renungan Tahun Baru ---

Kupikir KEBERHASILAN itu karena KETURUNAN, ternyata karena KETEKUNAN

Kupikir yang MAHAL itu UANG dan EMAS, ternyata KEPERCAYAAN dan PERSAHABATAN

Kupikir SUKSES itu hasil KERJA KERAS ternyata hasil KERJA CERDAS

...

Saya tersenyum. Isi SMS tersebut sangat mengena.

Ternyata banyak sikap mental yang musti saya perbaiki.

Renungan pertama.

Saya dulu sempat berpikir, apakah mungkin jalan hidup saya yang lurus-lurus ini, karena berkah dari orangtua saya yang juga hidupnya lurus-lurus saja? Saya merenung. Satu sisi mungkin benar. Bahwa makanan dan minuman yang masuk ke perutku insya allah benar-benar dari sumber yang baik lagi halal. Hingga keberkahan menjauhkan saya dari kesulitan hidup. Namun di lain sisi, perasaan seperti ini menjebak saya untuk memanfaatkan nama besarnya dalam beberapa aktivitas saya.

Renungan Kedua.

Tentang harta dan kekayaan. Betapa selama ini dan hingga malam ini pun, saya menganggap harta bisa membahagiakan. 'Dendam' saya pada hidup sederhana sewaktu kecil, membuat saya bertekad kuat ingin menjadi kaya. Agar bisa memiliki gadget yang bisa menaikkan prestige saya. Saya bosan dengan hidup seperti-seperti ini..

Namun ternyata, perburuan mewujudkan ambisi saya itu, mengantarkan pada satu kenyataan. Saya menjadi kurang bergaul. Kecuali dengan orang-orang yang saya kenal di kantor. Teman-teman saya, terutama teman lama, teman kuliah, teman waktu kecil hingga sanak saudara saya sendiri, terabaikan hanya untuk sekedar menanyakan kabar.

Barusan tadi siang, saat mengantarkan undangan pernikahan adik ke rumah Simbah saya (Uwak dari Ibu saya), betapa kagetnya saya saat diberitahu kalau Pakde Aji, anaknya yang bungsu, barusan menikah bulan lalu. Masya allah, betapa kualatnya saya sebagai cucu..

Belum lagi untuk sekedar mengingat hari lahir, mengucapkan selamat atas kelahiran anak, menuliskan di wall undangan pernikahan teman sendiri. Semuanya lalai untuk saya ucapkan. Padahal semua sudah dipermudahkan dengan adanya Facebook . Notifikasi Facebook via email pun tidak saya hiraukan. Betapa buruknya sikap saya dalam bersosialisasi...

Renungan Terakhir

Ini tentang kerja keras. Tidak ada alasan untuk mempertahankan kredo tentang makna kerja keras. Saya harus mampu mengubahnya menjadi kerja cerdas. Kerja keras itu mirip ingin menyelesaikan semua pekerjaan dan permasalahan di dalamnya, dengan hanya mengandalkan kedua tangan sendiri. Hanya dengan memanfaatkan kuota 24 jam yang kita miliki.

Bayangkan. Betapa sibuknya saya setiap hari. Pergi jam 9 pagi, baru pulang ke rumah pukul 23.30. Betapa begitu 'bodohnya' saya harus melakukan semuanya sendirian. Padahal banyak orang yang ada di sekitar saya yang bisa saya ajak bersama-sama.

Dan sekali lagi, kuncinya adalah sosialisasi. Kerja cerdas berarti memanfaatkan jalur sinergi dengan pihak-pihak yang bisa kita ajak serta. Selain bernilai lebih, karena kita bisa menghemat waktu dan tenaga, hal ini berarti pula membuka kesempatan untuk orang lain beraktivitas bersama kita. Atau malah membuka peluang penghasilan untuk orang lain.

Ya-ya, kepala saya menganguk-anguk di depan layar...

Inilah resolusi yang saya anggap perlu dan darurat yang harus dapat saya lakukan tahun depan. Tidak harus mulai jam 00:00 malam ini. Namun paling tidak hal ini bisa memberikan arah dalam menjalani tahun 2011.

Itu resolusi tahun baru saya, bagaimana dengan Anda?

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun