Kelindang kaki kokohnya berderu-deru
Tak peduli berbatu
Tak mau tahu arah yang jauh
Yang ada hanya mataharinya
Yang ia tuju
Matahari yang menutup matanya
Di jambul kemerah-merahannya
Mataharinya..
Matahari. Anggap cahayanya
Walau kelabu turun jatuh
Jadi badai tak berhulu
Si kuda itu
Akan terus berpacu
Walau kebodohannya semakin dungu untuk memafhumi
Bahwa yang abadi hanyalah waktu ; sisa-sisa waktu
Untuk apa kudaku?
Yang berakhir
Dan tersingkir
Hanyalah semua yang kita pikir
Dalam hadir fana sihir-sihir
Dunia penuh kesombongan setiap terlahir
Istirahlah
Di pahaku yang telah patah
*****
Makassar. 09/04/2021