Hujan itu seperti biasanya akan berlalu juga. Layaknya badai, kemarau, dan anak-anak semesta lainnya. Setelah itu kita perlu kembali melihat yang sudah-sudah, mencatat sejumlah kekeliruan, mengubek titik-titik salah, lipat satu demi satu jadi pengalaman, lalu simpan dalam lemari ingatan. Itu bekal untuk memasuki musim yang baru. Babak kehidupan yang rasanya tak akan kalah sengit dengan yang telah usai itu.
Sejenak saya coba meluangkan sedikit waktu untuk berpikir. Melihat lautan yang luas, merasakan embus angin yang menyapu kulit, mengamati gunung-gunung dan bukit, melihat matahari yang panasnya kadang terik, kadang redup.