Mohon tunggu...
KOMENTAR
Healthy

Hallo Dokter

26 Mei 2011   05:38 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:12 945 5

Sering sekali saya dimintai nasehat atau pendapat dan menulis mengenai “Bagaimana sikap terbaik untuk datang berobat ke dokter”. Saya jadi parno… koq nanyanya ke saya ya? Apakah karena saya dianggap tokoh pengkritik para dokter atau mungkin ini benar permintaan yang genuine? Apa pasal? Apakah memang perlu perlakuan khusus untuk ketemu dengan Dokter, ataukah mungkin perlu berbeda dibandingkan ketemu dengan tabib, bahkan polisi atau pendeta? Apakah spesifikasinya sedemikian ruwet hingga perlu semacam kuda kuda untuk melempar tangkisan atau menerima masukan? Mestinya ndak dong….

Ternyata menuliskan hal ini menjadi pekerjaan gampang gampang sulit, dan biasanya kalau datangnya dari saya akan menjadi sangat gampang atau sulit sekalian, dan tidak ada ditengah tengahnya. Bisa menjadi gampang, bahkan sangat gampang bila kiblatnya adalah meminta jasa dari dokter. Jadi dalam kasus ini sikapnya mestinya sama saja dengan pergi ke bengkel memperbaiki sepeda, atau pergi ke tukang jahit minta dibuatkan celana. Tentunya kita pun perlu tahu jasa apa yang diminta secara rinci. Mau jadi susah juga bisa, terutama bila kita tidak bisa berkomunikasi dengan baik tentang apa yang kita inginkan dan kita sama sekali buta mengenai soal kesehatan. Jadi pesan pertama yang kita bisa simpulkan, pasien harus tahu apa yang diinginkan secara jelas, memiliki pengetahuan dasar mengenai kesehatannya dan mempunyai kemampuan untuk berkomunikasi dengan dokternya. Tentunya dipihak lain, kita mengharapkan bahwa dokternya bisa menafsirkan keinginan pasien, memiliki ketrampilan dan pengetahuan pengobatan dan memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik. Bila salah satu kebutuhan pasien dan dokternya tidak terpenuhi atau bermasalah, maka acara temu muka dengan dokter anda akan menjadi pecel kekurangan limau.

Apa sih yang anda perlu inginkan dari dokter? Kalau penyakit lagi parah, jawabannya agak rada tolol.. “saya mau sembuh”. Dan biasanya hal ini diterjemahkan dengan gamblang sebagai keinginan agar perasaan sakit atau tidak nyaman ini hilang. Jadi bukan penyakitnya yang hilang, namun gejala sakitnya [symptom] hilang, dan pasien akan cukup puas. Ini sangat berbeda bila pasien menginginkan agar sumber penyakit ini hilang dan tidak berulang kembali. Ini pengobatan yang tuntas. Untuk pengobatan symptom maka dokter bisa saja memberikan anda obat penahan rasa sakit yang berfungsi sementara, namun untuk pengobatan yang tuntas, kemungkinan sekali anda memerlukan perubahan pola makan, pola gerak atau pola hidup. Ini sangat berbeda. Para dokter memang sangat “terdidik” untuk pola pengobatan sementara ini dan sayangnya kurang berhasil untuk pengobatan tuntas [Ini tentu opini saya pribadi]. Untuk pengobatan cara pertama, anda akan berulang ulang perlu datang ke dokter untuk mendapatkan pengobatan “sementara” ini dan bisa saja penyakitnya akan lebih parah sejalan dengan waktu atau merembet pada penyakit2 baru. Biasanya ini terjadi pada penyakit2 yang chronis, darah tinggi, diabetes, jantung, penyakit kulit dan syaraf. Bila penyakit ini diobati dengan cara “sementara”, maka ia akan menjadi penyakit seumur hidup. Dan sayangnya banyak sekali masyarakat juga sudah terpola untuk “menerima” penyakit2 tadi sebagai penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan pasrah pada obat2 “sementara” yang harus dikonsumsinya seumur hidup. Ini tentunya sangat disayangkan.

Untuk pengobatan yang tuntas, anda perlu menggali dari dokter anda, apa penyebab symptom atau gejala yang dirasakan saat ini. Itu hal yang pertama. Kalau anda pusing, anda perlu tahu kenapa anda pusing. Bila jawabnya karena tekanan darah anda tinggi, maka anda perlu bertanya kenapa tekanan darah anda tinggi dan seterusnya. Minimal anda perlu bertanya dengan apa dan mengapa minimal 5 kali untuk mendapatkan jawaban yang memuaskan. Anda perlu tahu pasti apakah penyebab gejala yang kelihatan ini, agar anda tahu bagaimana untuk menghindarinya. Itu baru masalah “sebab”, dan perlu dilanjutkan dengan apa “akibat” dari gejala ini? Ini perlu kita ketahui agar tahu risiko yang kita hadapi dengan symptom yang ada. Misalkan anda diberitahu bahwa anda menderita penyakit Tekanan Darah Tinggi, maka jelas anda perlu tahu apa penyebabnya dan apa akibat penyakit ini. Langkah kedua adalah menanyakan penanggulangannya, bukan hanya untuk sementara tetapi juga untuk masa panjang seterusnya. Bila anda diberikan obat farma, selain bahwa anda perlu tahu cara mengonsumsinya, tanyakan terlebih dahulu ini obat apa, kegunaannya untuk apa, cara bekerja obatnya bagaimana dan apa dampak sampingannya. Kemudian apa yang perlu anda lakukan agar penyakit ini tidak akan berulang kembali. Apakah ada yang anda ubah dalam cara hidup anda, cara makan anda dan seterusnya untuk menjamin bahwa penyakit ini sembuh dengan tuntas. Anda juga perlu mendidik diri sendiri dengan baik agar dapat mengerti apakah perlakuan yang diberikan oleh dokter sudah tepat, benar atau belum. Seiring dengan berkembangnya teknologi dan bertambah besarnya industry kesehatan, maka jumlah penyakit yang terdeteksi juga semakin banyak, alat diagnosis dan obat farmasi juga makin banyak dan anda akan sering dihadapkan pada pertanyaan apakah anda perlu dilayani dengan menggunakan alat tertentu, memakan obat tertentu dan seterusnya. Hal tadi hanya menggambarkan betapa “ruwet” nya dunia ini, dengan segala pernak pernik ribuan macam jasa dan kemudahan yang disodorkan kepada anda. Hanya untuk dapat membuat keputusan untuk dapat memilih, maka anda sudah perlu mengetahui subjeknya minimal secara umum [dan secara umum tadi sudah cukup ruwet ternyata..]

Untuk lebih seronok dan provokatif, saya perlu merubah sudut jelajah untuk tulisan ini agar kita tidak ngantuk bersama sama.

Kita perlu tahu manusia2 yang mungkin anda temui kalau anda sakit dan datang berobat ke RS atau praktek dokter. Pertama adalah mereka yang disebut suster. Ini panggilan umum yang ternyata sering dipandang sebelah mata oleh pasien. Bila mereka adalah teknisi yang melayani laboratorium atau alat2 diagnosis, maka sebenarnya mahluk inilah yang pertama mengetahui dan menentukan anda itu sakit apa. Bila dia salah memproses darah anda, maka kadar gula anda yang mestinya hanya 180, akan terbaca sebagai 480 dan dokter anda akan melihat anda sambil tercengang kagum akan kehebatan tubuh anda. Atau kalau dia salah mengambil cetakan foto scan anda, maka penyakit anda yang hanya gatal2 itu akan dinaikkan derajatnya menjadi kanker Liver. Karenanya doakanlah agar mereka dapat bekerja dengan tenang, karena sebenarnya merekalah yang melakukan diagnosis anda. Kemudian anda perlu mengenal Apoteker, yaitu ahli farmasi yang bekerja di Apotik2 atau rumah Obat. Mereka ini yang mengerti seluk beluk mengenai obat, jauh lebih mahir dari para dokter, cuma saja di Indonesia pekerjaan mereka relative kecil. Di luar negeri saya dengar mereka ini bertugas melakukan screening atas pemberian2 resep oleh dokter terhadap pasien nya [Namun dibeberapa Negara sebaliknya dokter boleh langsung memberikan obat kepada pasien, tidak melalui Apotik. Di Indonesia ini juga terjadi kok, jadi tidak perlu terlalu kita komentari dengan negatif].

Tentu akhirnya anda perlu bertemu dengan Dokter, sebab bila tidak ketemu dokter, maka itu namanya pergi belanja ke mall, sebab di mall juga ada SPG yang berpakaian suster dan ada Apoteker yang berjualan obat. Dokter ini tentunya berfungsi sebagai orang yang akan melakukan diagnosis atau mencari tahu sakit anda dan mencari tahu dan memberitahu obat dan cara pengobatannya. Diagnosis pertama dilakukan dengan berbicara dengan anda dan mendengar keluhan anda, kemudian mencoba melacak cerita anda dengan beberapa peralatan sederhana seperti thermometer, stetoskop atau gadget kecil lainnya. Bila tidak ketemu atau mau lebih yakin, maka ia meminta jasa para teknisi atau suster tadi untuk melakukan diagnosis lanjutan dan atas dasar ini dokter menyatakan apa penyakit anda. Sampai pada tahap ini, sudah ada 2 hal yang perlu diperingatkan pada anda.

Pertama, pada waktu anda ditanya keluhannya, maka anda perlu secara benar memberikan diskripsi keluhan pada dokter, tanpa dikurangi dan tanpa ditambah menjadi hiperbola begitu. Bila nafsu makan anda sama sekali hilang, jangan disebut nafsu makan kurang… mestinya dikatakan dengan jelas bahwa nafsu makan hilang atau… saya tidak makan sudah 24 jam. Bila penglihatan anda kadang berkunang kunang, jangan dilaporkan menjadi sering pingsan karena pusingnya…. Itu lebay. Semua keluhan mesti diberitahu secara jelas dan keterangan pendukungnya dan riwayat penyakitnya bila ada. Untuk beberapa orang, ternyata mereka perlu latihan ngomong juga, sebab bila tidak dilatih, ngomongnya seperti tokek dibawain panci… Yang anda perlu perhatikan adalah apakah dokter anda ini menaruh minat untuk mendengar keluhan anda. Bila ternyata tidak [misalnya dia hanya menerawang di udara, atau malah bermain sms and di BB nya, atau bisa2 sambil nelfon dengan terkekeh, atau malah nonon situs porno meniru anggota DPR… hehe], maka anda perlu keluar dan mencari dokter yang lain. Ngomong2, anda sudah benar memilih bidang dokternya kan? Jangan pergi ke Gynecologist atau Dokter kandungan untuk mencabut gigi. Ini cuma contoh yang geblek. Seperti angkot, jangan lupa bahwa begitu banyak jurusan yang ada, jangan sampai anda kesasar mau ke Priok, dibawa di Depok. Ini bukan banyolan, namun sudah sering terjadi. Bila anda pergi ke dokter bedah, maka biasanya mata dokter nya rajin mengamati organ2 anda untuk membayangkan apakah ada yang perlu dibuang [Ini sama dengan tukang cukur yang gemar memelototi rambut anda ketika berbicara, atau dokter gigi yang terus2an menatap gigi anda…]. Perlu juga anda tahu bahwa dokter itu punya tingkatan dan harga jasa konsultasi yang berbeda. Untuk memastikan, selalu tanya dulu pada saat mendaftarkan diri, tanya sebaiknya anda perlu ke dokter bidang apa dan berapa bayarannya.

Setelah anda menerangkan perasaan sakit anda, maka kemungkinan sekali anda akan disuruh melakukan pemeriksaan tambahan, misalkan periksa laboratorium untuk darah, atau di foto paru parunya dengan sinar, atau pemeriksaan lainnya dengan berbagai peralatan pemeriksaan kondisi organ atau kesehatan. Ini sering disebut sebagai diagnostic tools. Apa yang harus anda tanyakan adalah “apa yang akan dilakukan pada pemeriksaan itu”, atau “apanya yang akan diperiksa”, “bagaimana cara memeriksanya”, “hasilnya berupa apa”, “apakah hasilnya akan akurat atau tidak” dan terakhir… berapa harga pemeriksaan ini. Pasien perlu mengetahui apa yang akan dilakukan terhadap dirinya dan mengetahui secara lengkap apakah tindakan ini dapat diterimanya atau tidak dan apakah sanggup membayarnya. Sangat banyak pasien yang sebenarnya tidak tahu apa yang dilakukan terhadapnya dan setelah selesai dan membayar, merasa bahwa ia tidak memerlukannya. JANGAN MALU2 ATAU SUNGKAN UNTUK BERTANYA. Itu hak anda. Jangan lupa bahwa waktu mengatakan anda perlu periksa ini dan itu sering Dokter tadi mengatakannya sekenanya saja, seakan akan anda sudah tahu apa maksudnya dan seakan akan anda pasti sanggup membayarnya. Dalam sisi lain, ada pemeriksaan standar yang diberlakukan oleh dokter atau rumah sakit yang sama sekali tidak memiliki dasar sama sekali. Sebagai contoh, disebuah RS terkenal di Jakarta, setiap pasien yang datang berobat di UGD diharuskan melakukan pemeriksaan awal untuk mengetahui tekanan darah, temperature dan setelah itu melakukan foto X-Ray untuk dada atau torax. Lho, saya datang untuk menyembuhkan mencret mencret, kok disuruh foto dada. Ini namanya meng dada-dada…. Setelah protes keras, baru dibatalkan dan katanya ini SOP rumah sakit. Saya bilang itu adalah nyari duit gampang…Jadi anda perlu tahu apakah pemeriksaan tadi perlu menurut yang anda ketahui atau logis bagi anda. Bila tidak, anda katakan saja anda tidak bersedia untuk itu.

Setelah pemeriksaan selesai, tentunya anda dapat mengharapkan dokter anda memberitahukan hasil pemeriksaannya. Tentunya kalau sudah diperiksa dengan teliti, apalagi kalau memakai sejumlah peralatan dan laboratorium, anda berharap bahwa hasil pemeriksaan ini akan terang benderang. Tunggu dulu Mas, Mbok, Nek… Ya belum tentu, bisa saja masih gelap gulita sama seperti ketika anda baru datang… bedanya anda sekarang lebih miskin beberapa ratus ribu rupiah. Masalah gelap gulita ini sebenarnya bisa sajaterjadi dimana mana, terutama bila memang kasusnya jarang atau penyakitnya belum dikenal oleh dokter yang bersangkutan. Anda jangan terus ngambek kalau dokternya bilang bahwa dia ndak tahu apa penyakit anda. Kalau ini terjadi maka ucapkan terimakasih setulusnya kepada dokter kita dan kalau anda ndak mau bayar jasanya dia, mungkin sekali dia juga ndak mau menuntut bayaran untuk ini.

Bila dokter mengetahui penyakit anda, alhamdullilah. Anda perlu menanyakan secara rinci agar anda bisa mengerti dengan jelas perihal penyakit itu, penyebabnya dan cara menghindarinya dimasa depan. Anda tidak perlu malu2 menanyakan secara rinci, terutama bila didalam keterangannya dokter tadi menggunakan istilah2 dalam bahasa yang anda tidak mengerti dan terkesan “canggih”. JANGAN TERINTIMIDASI OLEH KATA2 DARI BAHASA ASING ini karena bisa saja istilah itu sebenarnya kata2 yang sederhana. Muntah berak disebut diarrhea, kudis basah bisa disebut eczema, batuk rejan disebut pertussis dan istilah2 canggih lain yang bisa membuat perut anda mules tanpa sebab. Yang penting adalah TANYA.. hingga anda benar2 tahu. Jangan berasumsi bahwa anda tahu, sebab biasanya anda bisa salah. Pada saat ini sebenarnya adalah waktu dimana anda dapat berdiskusi dengan intim mengenai penyakit anda. Mengapa begini mengapa begitu, gimana dengan ini gimana dengan itu… Biasanya bila anda menanyakan dengan antusias, maka dokter juga terbuka untuk menerangkan dengan antusias juga sehingga anda mendapatkan keterangan yang komplit mengenai penyakit anda ini.

Biasanya juga anda akan disodori angka2 yang tidak anda mengerti. Misalkan tekanan darah anda 140 per 90, atau cholesterol anda 300, HDL anda, LDL, dan berbagai istilah disertai angka yang bisa membingungkan. Tolong jangan bingung Bung. Angka tadi tidak menentukan apakah anda sakit atau tidak. Bukan. Tanyakan juga kepada dokter anda apa arti angka2 tadi secara tuntas, agar anda tidak diliputi keraguan. Sekali lagi angka tadi tidak menunjukkan apakah anda sakit atau bukan. Ini adalah indicator apakah ada kemungkinan masalah pada kesehatan anda atau tidak. Sebagai contoh, waktu muda dahulu, saya sering mengalami tekanan darah rendah yang kadang2 saya rasakan kadang tidak. Suatu saat saya merasa kurang enak badan, pergi ke poliklinik dan dokter memeriksa tekanan darah saya. Katanya ukurannya 90 per 45. Dokternya berkata… mestinya Bung sudah pingsan dengan tekanan darah seperti ini….. Saya Tanya… Jadi apakah saya harus pingsan dulu sekarang..?? Teman saya juga selalu mendapat masalah dengan dokter ketika ia check up, karena selama 15 tahun terakhir, total cholesterolnya adalah minimal 500 dan dia merasa sehat2 saja. Dokternya tidak percaya dan menaruh dia di treadmill hingga 10 menit dan dia segar bugar saja. Kesehatan anda tidak ditentukan oleh angka2 normatif seperti itu.Sebaliknya ada teman yang benar jatuh sakit setelah mengetahui kadar cholesterolnya ternyata tinggi. Lho, kok bisa? Sebelum tahu, dia sehat2 saja, dan setelah tahu jadi benar sakit…. Pantes ada teman saya ada yang tidak suka pergi check-up. Bung… gua nggak pengen tahu kalau gua sakit atau tidak. Jadi aneh kan dan ternyata orang yang berpendapat begini cukup banyak. Sebaliknya anda juga perlu tahu angka2 tadi maksudnya apa agar dapat mengambil hikmahnya dari hal ini. Dalam membaca tekanan darah, angka yang mana yang lebih penting? Dalam cholesterol, bagaimana sebenarnya cara membaca angka2 tadi? Salah satu dokter rekan kita di Kompasiana ini memberi komentar yang bagus, katanya “ kita bukan mengobati angka laboratorium kok…”. Lebih penting daripada itu adalah apakah anda merasakan ada yang tidak sehat pada diri anda, jadi bukan angka2 normatif tadi.

Bagaimana bila dokternya menjawab apa penyakit anda dengan ragu ragu? Atau juga mungkin tidak tahu tetapi menjawab dengan “Ini tidak apa apa”. Ini sering terjadi dan persentasenya juga sebenarnya cukup besar. Pernyataan “ini tidak apa apa” itu hampir pasti mengindikasikan bahwa dokternya tidak tahu atau ragu ragu dan meraba raba.

Karena perut saya keroncongan dan artikelnya sudah menjadi terlalu panjang, sebaiknya saya stop dan disambung kemudian.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun