Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerbung

Ratapan Anak Tiri

2 April 2024   11:19 Diperbarui: 2 April 2024   14:43 93 9

Ratapan Anak Tiri
___________________________
*cerbung ini tdk menjiplak film Ratapan Anak Tiri. Diseting suasana tahun 70an.
___________________________

"Ibu tiri, hanya cinta kepada ayahku saja.
Bila ayah disampingku, ku dimanja dan dipuja. Tapi bila ayah pergi, ku disiksa dan dimaki."

Sambil membilas cucian di sungai, Tari teringat dengan lagu dari film ratapan anak tiri. Keringatnya terlihat jelas, karena pakaian ditubuhnya seperti basah.

"Tari, jam segini masih nyuci? Cuacanya sangat panas. Nanti kamu sakit."

Tari dikejutkan suara kakek, yang baru saja tiba di sungai. Dipundak kakek tersangkut pencar. Disungai luas dan airnya jernih memang banyak menyimpan ikan.

"O, Kakek. Mau cari ikan ya? Ndak apa-apa Kakek. Sudah biasa Tari lakukan." Tari menyembunyikan rasa lelah dan panas menyengat.

Kakek Tano memandangi Tari. Ia teringat dengan cucunya kalau jam segini sering bermain petak umpet. Kakek Tano mendekati Tari.

"Tari, ini kakek bawa pisang rebus. Makan dulu. Kakek tungguin sambil persiapan melepas pencar."

Tari memandangi Kakek Tano, sambil menjulurkan tangannya. "Terimakasih kakek." Tari memakan pisang rebus dengan lahap.

Waktu terus berlalu. Tari menyempatkan diri mandi di sungai. Badannya terasa segar. Tari tidak mau berlama-lama. Dia takut dimarahi ibu tirinya.

Benar saja. Belum sempat Tari menjemur pakaian ia sudah dimarahi.
"Tari... Jam segini kamu baru selesai mencuci. Kapan kering cucian? Pasti kamu bermain di sungai."
Tidak sampai segitu, ibu tirinya mencubit lengan Tari sampai membiru. Tari menahan sakit. Ia tidak mau menangis karena akan dimarahi lagi.

"Cepat jemur cuciannya. Terus berikan makan adikmu. Saya mau luluran, sebelum ayahmu datang."

Tari mengikuti perintah ibu tirinya. Ia mengambil makanan yang telah disediakan untuk adiknya. Tari hanya mampu menahan lapar karena tidak ada jatah makan untuknya.

"Tari, sisa makanan adikmu boleh dimakan. Lalu cuci piringnya dan juga perabot yang kotor di dapur."

Hari-hari terus berlalu. Dan hampir setiap hari Tari mengalami siksaan dari ibu tirinya. Persis seperti lagu, Tari hanya disayangi saat ayah ada disampingnya.

"Ayah, anakmu memang anak yang baik. Dia rajin bekerja dan penurut." Kata ibu tirinya. Ia seolah sangat sayang, sampai-sampai menyuapi pisang untuk Tari.

"Oyaa.., Tari memang anak yang baik." Ayah Tari kemudian mendekati Tari. Tak sedikitpun Tari tersenyum. Ia kesel dengan kebohongan yang disampaikan ibu tirinya.

"Kenapa tanganmu membiru Tari?"
Sebelum Tari menjawab, ibu tirinya langsung berucap karena takut ketahuan belangnya

"Ayah...maaf tadi dia terjatuh saat Ibu suruh membantu pegang tangan Ibu. Kepala Ibu agak pusing. Bener kan Tari?" Kata ibu tirinya sambil mengelus tangan Tari.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun