Mohon tunggu...
KOMENTAR
Otomotif

Mampukah Indonesia Membangun Industri Baterai ?

7 Juni 2021   08:38 Diperbarui: 7 Juni 2021   13:10 1256 1
Dalam menekan pemakaian bahan bakar dari energi fosil yang dinilai yang tidak ramah lingkungan, pemerintah tengah mendorong penggunaan kendaraan listrik. Kendaraan listrik dinilai ramah lingkungan dengan emisi 0. Penggunaan kendaraan listrik akan hemat karena tidak perlu membeli BBM. Dan juga komponen kendaraan listrik lebih sedikit dibandingkan bahan bakar fosil sehingga biaya perawatannya pun murah sehingga diproyeksikan kedepannya akan terjadi peningkatan permintaan kendaraan listrik. Di dalam kendaraan listrik, baterai merupakan komponen yang sangat penting. Indonesia sendiri memiliki cadangan nikel terbesar di dunia yaitu sebanyak kurang lebih 560.000 ton atau 24% cadangan nikel dunia. Melihat potensi dan prospek emas ini, pemerintah Indonesia berkeinginan untuk membangun pabrik baterai berbasis nikel. Hal ini juga selaras dengan proyek ibu kota baru yang ditargetkan akan mengadopsi kendaraan listrik 100 persen pada 2026. Untuk mewujdkannya, pemerintah membangun Indonesia Battery Corporation (IBC). Pemerintah mendesign holding khusus untuk industri baterai dimana dipimpin MIND ID atau PT INALUM (Indonesia Asahan Aluminium (Persero)) bersama PT ANTAM (Aneka Tambang (Persero), PT Pertamina (Persero), PT PLN (Perusahaan Listrik Negara) dengan porsi kepemilikan masing-masing 25% untuk mengawal proyek baterai listrik dari hulu sampai hilir. Untuk membangun industri baterai tersebut, proyek baterai ini akan bekerja sama dengan Contemporary Amperex Technology Co. Limited (CATL) asal China dan LG asal Korea Selatan. Dengan CATL, yang lead untuk negosiasi yaitu Antam, sedangkan yang negosiasi dengan LG yaitu dari Pertamina karena sudah ada kerja sama dengan LG di tempat lain. Untuk rencana awal Indonesia Battery Holding (IBH) berdiri, modalnya kurang lebih US$ 50 juta, dan itu hanya awalnya saja.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun