Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen Pilihan

Cerpen: Kisah Kasih di Atas Kopaja

23 April 2024   07:14 Diperbarui: 24 April 2024   05:52 125 18
Aku Gita, gadis remaja yang duduk di bangku kelas 3 SMA. Aku bersekolah di SMA Negeri 55 Jakarta Selatan yang berlokasi di gang Potlot.

Siapa sih anak Jaksel yang ngga tahu sekolahku? Sekolahku ini terkenal karena berada sangat dekat dengan markas besar grup band SLANK. Dengar-dengar sih, dulu mas Bimbim Slank juga sekolah di sini, di SMAN 55 yang tercinta ini.

Aku pernah jatuh cinta. Bukan sekedar cinta monyet, tapi cinta yang sangat berharga dan romantis. Mungkin itu yang dibilang orang-orang tentang manisnya cinta masa remaja.

Waktu itu aku dan Rikky, pertama kali berkenalan di atas bus Kopaja 57. Dia adalah siswa di STM Penerbangan daerah Kebayoran. Sekolah yang terkenal dengan image cowok-cowoknya yang keren seantero Jaksel.

Pagi itu, bus yang ku tumpangi belum begitu penuh. Aku duduk seorang diri di dekat pintu depan bus. Seperti biasa, aku naik dari halte Cililitan.

Sampai di depan Taman Makam Pahlawan, lelaki itu naik dan langsung duduk di sampingku. Jujur saja aku sedikit takut dan risih walau kami sama-sama mengenakan seragam putih abu-abu.

Tampilan rambutnya yang agak gondrong dan cara berpakaiannya yang sedikit amburadul, membuatku berpikir negatif terhadapnya. Aku memilih membuang muka ke arah kiri saja, seolah sedang melihat-lihat ke jalan.

"Neng, boleh kenalan?"

Entah kemana perginya rasa ketakutanku tadi, dengan ringannya aku dapat memutar kepalaku dan menatap wajahnya. "Boleh!" jawabku sambil menahan senyum.

Bukannya lanjut bertanya namaku, si bodoh itu malah terpana juga menatapku. Untuk sekian detik pandangan kami beradu. Kira-kira, lagu apa ya yang cocok jadi soundtrack buat adegan ini?

Tapi akhirnya, kami tetap berkenalan meski tak lama kemudian aku harus turun lebih dulu. Sedangkan sekolah Rikky jaraknya masih cukup jauh.

Tidak ku sangka keesokan harinya kami bertemu lagi. Kami juga sempat mengobrol. Ternyata sebelumnya, ia selalu diantar sopir jika berangkat ke sekolah. Tapi belakangan ini, ia tidak ingin jadi anak mami lagi. Ia ingin pergi kemana pun seorang diri.

Saat ke lima kalinya pertemuan tak sengaja kami di bus Kopaja 57, ia meminta nomor telepon rumahku. Sejak saat itu kami semakin dekat, saling jatuh cinta dan mulai mengukir banyak cerita bersama.

Rasanya sangat manis, sangat-sangat manis sampai prestasiku di sekolah ikut melonjak naik. Karena keberadaan Rikky dapat membuatku berselera pada semua mata pelajaran.

Pacarku itu adalah siswa berprestasi yang sangat dikenal di sekolahnya. Tapi sayang, terkadang ia masih saja terlibat tawuran antar sekolah.

Hari ini, tanggal 12 Mei 1999 aku berada di depan pusaranya. Membelai lembut namanya yang tertulis di sana. Lewat doa dan air mata ini ku curahkan rasa rindu dan cintaku hanya padanya. Kalau saja hari itu ia bisa menahan diri untuk tidak ikut tawuran lagi, mungkin tahun ini kami bisa lulus bersama-sama.

Kamu pergi terlalu cepat, Rikky. Seratus hari sudah ku jalani hari tanpa mendengar suaramu lagi. Masihkah mungkin suatu hari nanti, kita bertemu di keabadian?(*)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun