Mohon tunggu...
KOMENTAR
Kurma Pilihan

Berbagi Saat Pandemi Membuat Kita Lebih Berempati

8 Mei 2020   23:43 Diperbarui: 8 Mei 2020   23:42 552 3


COVID-19 yang menyerang sejak awal tahun 2020 ini memang telah mengakibatkan banyak hal tak terduga. Mulai dari masalah kesehatan, keuangan, hingga keamanan timbul sejak mewabahnya virus Corona.

Untuk masalah kesehatan, langkanya masker (sempat) membuat harganya meroket. Para pedagang ada yang curang dengan menimbunnya untuk mengeruk keuntungan di saat banyak orang kesulitan mencari masker di pasaran.

Syukur Alhamdhulillah, ada paman dan bibi dari pihak Ibu yang bisa menjahit.  Mereka lantas membuat masker kain untuk dijual dengan harga sewajarnya.

Mereka juga tak lupa untuk membagikannya ke keluarga dan lingkungan sekitar yang membutuhkan.  Satu orang mendapat 2 (dua) buah masker kain yang bisa dicuci berulangkali.

Satu waktu, seorang teman yang berprofesi sebagai bidan bercerita. Ibu bidan itu mendapati banyak ibu hamil, yang dia bantu kelahirannya, merasa khawatir saat akan menyusui bayi mereka saat ini.

Para ibu menyusui itu takut menularkan virus Corona ke bayinya. Mereka memang tidak positif COVID-19. Namun, banyak dari suami mereka yang masih bekerja di luar rumah, terutama dengan naik KRL.

Teman saya itu lalu menyarankan para ibu dan suami mereka untuk memakai masker saat berdekatan dengan sang bayi. Sebagai bidan yang berpengalaman, teman saya tersebut bahkan sampai menghadiahkan bingkisan masker dan hand sanitizer ke para pasiennya dan pasangan mereka masing-masing.

Saya tahu betul, biaya persalinan pada teman saya itu termasuk di bawah tarif pada umumnya. Sang bidan tersebut sering melakukan subsidi silang saat menetapkan tarif setelah membantu pasiennya melahirkan di kliniknya.

Oleh karena itulah, sudah sepatutnya saat bidan tersebut dibantu. Syukurlah, ada beberapa teman dan rekan yang bersedia menjadi donatur untuk membeli masker dan hand sanitizer bagi para pasien dari ibu bidan yang penuh perhatian itu.

Kami pun lantas membeli masker kain ke paman dan bibi saya.  Saat mengetahui bahwa masker kain itu akan disumbangkan, mereka langsung menjualnya dengan setengah harga (diskon 50%). Senangnya hati kami!

Saat menerima sumbangan masker kain dan hand sanitizer tersebut, si ibu bidan tersebut wajahnya langsung merona bahagia.  Menurutnya, dirinya pasti bertambah senang ketika melihat wajah bahagia para pasiennya dan suami mereka saat menerima sumbangan itu.

Dampak pandemi ini memang tak pandang bulu. Siapapun bisa kena getahnya, dari orang biasa hingga calon raja dari keluarga kerajaan Eropa.

Pangeran Charles, putra mahkota dari Inggris, dan Pangeran Albert dari Monako tercatat sebagai dua tokoh dunia yang mengalami gejala COVID-19. Keduanya bahkan sampai melakukan isolasi diri selama 14 hari dan cuti dari tugas negara.

Tentu saja, saat kedua pangeran dari Eropa itu untuk sementara tak mengerjakan tugas-tugas kerajaan dan kenegaraan karena Corona, mereka takkan sampai (cemas) kehilangan pendapatan.  Cerita yang kontras jelas dialami oleh orang biasa yang kehilangan sumber pemasukan dan keuangan sehari-hari karena pandemi ini.

Contohnya yaitu para dai dan guru agama di kampung-kampung yang tak lagi bisa mengisi pengajian di masjid dan madrasah (sekolah) sejak pemberlakuan PSBB. Undangan ceramah dari rumah ke rumah ataupun dari sejumlah perusahaan saat Ramadan juga tak ada karena Corona.

Padahal, banyak pula dari para ustadz/ustadzah dan kyai di daerah tersebut yang mengasuh anak yatim.  Ketika mereka mengalami kesulitan biaya hidup dengan alpanya insentif ceramah dan pengajian, para anak yatim itu juga menanggung dampaknya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun