Terpampang sebingkai foto gambar diri
Di bawahnya, bingkai lain menghias ruang pikir
Di dinding bercat putih, hati mengaduk-aduk memori
Ada rindu menoreh indah persis di unjung sepi
Sofa usang di bawah bingkai melumat habis hayal itu
Disorotkan matanya, ada bayangan menyangkut
Gambar dalam bingkai itu menyembilu kalbu
Ditatapnya lagi, khawatir melanda gelisah biru
Tapi logika merisik. Ini bukan bunga tidur!
"Ini gambarmu gambarku," dia pun merungut
Ingin menepis sungkawa tapi senyum hambar itu
Pipi maskulin menyodok persis di lesung nyaris tirus
Ada ketulusan dan kepolosan tersirat di sana
Gelora rindu tersirat menggagahi potret diri
Pancaran keluguan menghampar dalam foto usang
Batinnya terkesima. Diam-diam senyum tersungging
Di balik segala kecamuk menjelajah kata bertuah
Kerinduan terselip ragu hampir termuntahkan
Walau syukur terus membahana dalam tirakat
Menggeliat di beranda logika, menampar keangkuhan
Suara hati menebar aroma di setiap gemerincing
Gejolak rasa menggandeng salut penuh emosi
Kamu berubah, Sob! Bagai kupu-kupu cantik
Gemuruh kasih riuh menghembus bagai angin
Sayang, dia hanya bisa meradang tanpa terjawab
Renyah bergemuruh tanpa tahu gerangan penyebab
"Andai bisa jujur, aku hanya bisa memelintir hati."
pungkasnya jauh di kedalaman sunyi
NK/02/08/2020
#SangiheBanuaku