Kongres Wanita Indonesia (Kowani) sebagai pihak yang menginisiasi peringatan Hari Kebaya Nasional, jelas menyambut dengan bahagia. Terlebih Hari Kebaya Nasional ini menjadi momentum mengenang kembali saat Kongres Wanita Indonesia X pada 1964.
Saat itu, para perempuan yang hadir dalam kongres mengenakan kebaya dengan ciri khas masing-masing daerah. Dan, kebetulan juga pada saat kongres Presiden Soekarno hadir. Soekarno menyampaikan Revolusi Indonesia tidak dapat berjalan tanpa keterlibatan perempuan.
Jelang peringatan Hari Kebaya Nasional pada 24 Juli 2024 di Istora Senayan, Jakarta, Kowani mengundang berbagai komunitas pecinta kebaya untuk mendengarkan masukan terkait perhelatan akbar itu.
Kowani ingin gelaran ini berjalan sukses dan lancar. Terlebih Hari Kebaya Nasional adalah untuk yang pertama kalinya diperingati. Jadi, Â harus diperingati secara meriah. Karena itu, harus dipersiapkan dengan baik dan matang. Jangan sampai ada hal-hal yang terlewatkan yang dapat mengganggu kelancaran acara.
Dialog dipimpin langsung oleh Ketua Umum Kowani Dr. Giwo Rubianto Wiyogo, M.Pd, didampingi jajaran pengurus pusat Kowani, Selasa 20 Februari 2024 di Gedung Kowani, Imam Bonjol, Menteng, Jakarta Pusat. Hampir semuanya mengenakan kebaya. Dengan berkebaya, para perempuan cantik ini terlihat anggun.
Dalam dialog tersebut, Kowani mendapat sejumlah masukan dari berbagai komunitas yang berkaitan dengan kebaya. Ada komunitas Pecinta Sanggul Nusantara, komunitas Perempuan Berkebaya Indonesia, komunitas asesoris kebaya, komunitas Pecinta Kebaya, dan komunitas lainnya.
Kowani sendiri merupakan organisasi federasi perempuan tertua dan terbesar yang mewadahi 103 organisasi lingkup nasional. Lahir pada saat kongres perempuan Indonesia pertama di Yogyakarta pada 22 Desember 1928. Â Pemerintah melalui Keputusan Presiden RI nomor 316 tanggal 16 Desember 1959 pun menetapkan tanggal 22 Desember sebagai Hari Ibu.