Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Pilihan

Hikmah di Balik Kisah Maryam Binti Imran

21 Juni 2022   14:54 Diperbarui: 21 Juni 2022   15:03 2221 7
Sabtu 18 Juni 2022, ada kajian muslimah yang diadakan Majelis Taklim Al Ihsan Permata Depok, Kota Depok, Jawa Barat. Kali ini yang menjadi penyelenggara adalah Majelis Taklim Al-Baaridah, Berlian 2. Bertempat di Masjid Al Ihsan Permata Depok.

Kajian Muslimah ini mengangkat tema "Hikmah dari Kisah Maryam binti Imran", yang dibawakan oleh Ustadzah Bunda Kurnia Widiatuti. Ustadzah kebanggaan Kota Depok. Berikut penuturannya.

Siapa yang tidak kenal dengan Siti Maryam, ibunda Nabi Isa Alaihisalam. Perempuan mulia yang namanya diabadikan Allah dalam Alquran. Termasuk dari empat pemimpin perempuan ahli syurga.

Rasulullah bersabda, "Pemuka wanita ahli surga ada empat. Ia adalah Maryam binti Imran, Fatimah binti Rasulullah, Khadijah binti Khuwailid dan Asiyah." (HR. Hakim dan Muslim).

Siti Maryam adalah ibunda Nabi Isa, Ummu Khadijah yang tidak lain adalah istri Rasulullah SAW, Ummu Fatimah Az Zahra yang tidak lain adalah putri Rasulullah sekaligus istri dari sahabat rasul yakni Ali Bin Abi Thalib, dan Ummu Asiyah adalah istri Firaun.

Keempat perempuan suci dan hebat ini menjadi istimewa. Tentu saja karena memiliki kelebihan yang tidak dimiliki perempuan lainnya.

Kisah-kisah empat tokoh ini wajib kita ceritakan kepada anak perempuan kita maupun laki-laki kita. Agar anak perempuan kita bisa memantaskan diri memiliki karakter seindah empat perempuan ahli syurga.

Sementara untuk anak laki-laki kita bisa memiliki kriteria calon isteri yang memiliki ciri-ciri kemuliaan empat perempuan pemimpin ahli syurga ini.

Jadi, jangan sampai sentuhan cerita ini tidak kita sampaikan kepada anak-anak kita.

"Jika ditanya apa PR untuk persiapan menikah, maka PR yang wajib diceritakan adalah setidaknya minimal kisah empat perempuan penghuni syurga ini. Ini penting untuk masa depan anak-anak kita," tuturnya.

Tujuannya, agar anak-anak kita bisa melahirkan anak-anak dzurriyah (anak-anak dan keturunan) yang mengajak kita berkumpul bersama para ahli syurga. Berkumpul bersama keluarga di dalam surga yang tingkatnya sama jelas suatu kenikmatan dan anugerah yang tiada tara.

Ustadzah melanjutkan. Cerita tentang Maryam dimulai dari ibundanya, bernama Hannah binti Faqudz. Istri Imran bin Ba'sham ini seorang ahli ibadah yang tumbuh di lingkungan yang baik yang senantiasa berdoa memohon keturunan.

Hannah adalah perempuan shalehah yang taat beribadah kepada Tuhannya. Masih keturunan Nabi Harun AS. Begitu pula dengan suaminya yang juga masih keturunan Nabi Harun AS.

Hingga mereka hidup sampai renta dan tua, Hanna dan adiknya Asy'ya binti Faqud belum juga diberi keturunan. Penduduk Baitul Maqdis (Palestina) menghinakan mereka dengan perkataan yang amat menyakitkan hati. Dihina sebagai perempuan mandul pengikut iblis.

Hannah memiliki kesabaran yang sangat luar biasa. Meski ia tidak juga memiliki keturunan, tidak ada keputusasaan pada diri Hannah akan harapan memiliki anak meskipun sampai usia tua.

Suatu hari, ketika Hannah duduk di bawah pohon Mawalih di wilayah Palestina, tiba-tiba seekor burung terlihat sedang memberi makan anaknya. Ia jadi teringat akan keinginannya memiliki anak.

Lalu ia berdoa kepada Allah agar dikaruniai keturunan. Selang beberapa waktu, Allah pun mengabulkan doa Hannah binti Faqudz. Hannah pun hamil di usianya yang tua. Ia memuji Allah dan bersyukur kepadaNya.

Saat akan berangkat ke Al-Quds, Hannah berdiri dari mihrabnya seraya berkata, "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku (untuk) menjadi hamba yang shaleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu, terimalah nazar itu dariku. Sesungguhnya Engkaulah Tuhan Yang Mahamendengar lagi Maha Mengetahui" (QS Ali Imran: 35)

Saat mengandung, sang suami meninggal dunia. Tentu ia merasa sedih. Namun, ia tetap menjaga kandungannya. Hingga akhirnya, ia pun melahirkan yang ternyata seorang anak perempuan. Kelahirannya di tengah budaya patriarki yang kuat menjadikan Maryam dianggap sebagai aib bagi masyarakat sekitar.

Hannah jelas khawatir, bagaimana dengan nazarnya? Ia merasa terpukul sebab kaum Bani Israil tidak biasa memasrahkan kepercayaan mereka untuk mengurus Baitul Maqdis kecuali pada anak laki-laki.

"Ya Tuhanku, sesungguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah menamainya Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau dari godaan setan yang terkutuk." (Q.S Ali Imran: 36).

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun