Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Perang "Palsu" Arab-Israel 1948 di Palestina

13 Mei 2021   19:43 Diperbarui: 13 Mei 2021   19:47 117 2

Bila Ilan Pappe sejarawan Yahudi mengatakan bahwa perang Arab-Israel 1948 merupakan perang palsu. Bagaimana dengan ulama Arab yang menjadi relawan saat terjadi perang tersebut? Musthafa As-Siba'i, Dekan Fakultas Syariah di Universitas Syariah Suriah, menceritakan pengalaman pribadinya. Dia pun gencar menginformasikan kepalsuan peperangan tersebut.

Musthafa As-Siba'i menceritakan lelucon yang terjadi pada perang tersebut.  Dimana petinggi militer negara Arab tunduk di bawah komando jendral Inggris John Glubb Pasha. Menyingkap masalah  persenjataan usang dan rusak yang diberikan ke tentara Mesir. Petinggi militer Irak pun memberikan instruksi kepada prajuritnya untuk tidak menyerang Yahudi.

Musthafa As-Siba'i menceritakan, "Ketika kami berada di medan pertempuran Al-Quds, kami merasakan adanya manuver-manuver yang terjadi di tingkat internasional dan tingkat pemerintah resmi Arab. Kami terhimpun dalam batalion relawan, memusyawarahkan hal-hal yang perlu ditempuh setelah instruksi pengunduran diri dari Al-Quds. Kami sepakat untuk tidak menentangnya, namun terus mempelajari untuk kembali secara sembunyi."

Bukti lain sejumlah pemerintah Arab tak serius berperang dengan Israel adalah pelarangan para relawan untuk masuk ke Palestina. Pemerintah An-Naqrasyi Mesir menutup perbatasan antara Mesir dan Palestina. Akhirnya para relawan berhasil mengecoh pemerintah Mesir melalui Sinai. Pengerahan relawan pun akhirnya disetujui dua hari sebelum Mandat Inggris di Palestina berakhir untuk diserahkan ke Yahudi.

Menurut penuturan sejumlah tokoh yang terlibat dalam perang tersebut. Perang "sesungguhnya" Arab-Israel justru yang dilakukan oleh para relawan yang berasal dari beberapa negara. Penyebabnya, pasukan pemerintahan Arab saat masih berada di bawah cengkrama penjajah terutama Inggris dan Perancis. Oleh karena itu sekenario peperangan tersebut sebenarnya berada di tangan Inggris.

Melihat fakta tersebut, sebenarnya Mufti Palestina yaitu Muhammad Amin Al-Husaini berpendapat bahwa pasukan pemerintahan Arab tidak perlu memasuki Palestina. Perlawanan tetap dilakukan oleh rakyat Palestina sendiri sedangkan persenjataan dan perbekalan di suplai oleh sejumlah pemerintah Arab.

Menurut Musthafa As-Siba'i kekalahan Arab atas Israel memang disekenariokan. Sedangkan perjanjian damai di Palestina agar Yahudi semakin dominan menguasai bangsa Arab, semakin leluasa mendapatkan persenjataan dari Eropa dan Amerika untuk memperkuat dominasi Yahudi terhadap Palestina, merampas tanah dan mengusir penduduk Palestina.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun