Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

Krisis Pengetahuan, kok Tuhan yang Disalahkan...

1 September 2012   10:38 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:03 221 1
Apabila melihat pemberitaan media massa, baik media cetak apalagi media elektronik, terlihat berapa semrawutnya kehidupan kemanusiaan yang ada di bumi kita ini pada umumnya dan di negara dan bangsa kita pada khususnya.

Bencana alam dan bencana sosial dapat kita lihat hampir tiap hari terjadi. Pelanggaran terhadap hak hidup manusia dilakukan dengan mempergunakan segala macam dalih. Mulai dari yang bersifat pribadi sampai menggunakan alasan politik dan bahkan agama juga dipergunakan sebagai alasan untuk melakukan pelanggaran-pelanggaran tersebut.

Mengapa hal yang demikian ini bisa sampai terjadi di masyarakat kita yang katanya  dari dulu sudah dikenal sebagai  masyarakat yang religius ? Atau memang semua ini tidak bisa dielakkan karena sudah merupakan kehendak/takdir Tuhan ?

Tidak!!!

Itulah jawaban terhadap pertanyaan yang terakhir tersebut.

Tuhan tidak pernah mempunyai keinginan untuk menyengsarakan umatnya. Tuhan selalu menginginkan umatnya untuk selalu hidup dengan cara yang diinginkan-Nya. Selagi masih dalam batas-batas yang telah ditunjukkan-Nya, maka manusia akan selamat dalam melaksanakan misi kemanusiaannya atau misi kekhalifahannya. Untuk kepentingan tersebut, maka diturunkan-Nya ribuan nabi-nabi di segala penjuru dunia.

Kasih sayang Tuhan yang demikian melimpah sekarang ini rasanya kurang mendapat respon yang seimbang dari kita semua. Proses alam dalam membentuk keseimbangannya yang baru, karena keterbatasan pengetahuan kita sehingga berakibat tidak menguntungkan bagi kehidupan sebagian masyarakat, seringkali kita sebut sebagai “Kehendak Tuhan” atau “Tuhan sedang marah”. Mengapa jika terjadi bencana selalu Tuhan, yang disalahkan karena dianggap penentu "Takdir" juga pencetus bencana.

Tuhan dengan segala kasih sayang-Nya telah menciptakan segalanya. Pengetahuan tentang seluruh ciptaan-Nya telah diberikan semua agar dapat dipelajari, agar manusia dapat mengantisipasi kemungkinan yang dapat terjadi pada dirinya sendiri, lingkungan sosial budaya maupun lingkungan alam.

Terhadap hal yang demikian tadi, rasa syukur kita selama ini lebih banyak hanya sebatas ucapan, belum pada hakekatnya, yaitu pada pola hidup dan bentuk perilaku keseharian.

Salah satu hal yang menjadi penyebab dari terjadinya kemacetan dalam mempelajari pengetahuan agama adalah rasa cukup puas, cukup baik, rasa iman sudah tinggi, meskipun kita baru mempelajari Al Qur’an dari sisi normatifnya.

Bahkan yang lebih mengkawatirkan lagi adalah adanya kelompok-kelompok yang sudah beranggapan bahwa pemikiran mereka  menjadi standard kebenaran. Dalam artian, pihak yang berbeda pola pikirnya dengan kelompok mereka adalah salah/sesat dan untuk itu wajib dihancurkan secara fisik.

Suatu keyakinan tidak akan hancur hanya karena tekanan fisik, keyakinan harus dilawan dengan keyakinan melalui proses dialogis. Ada proses dialog antara argumentasi pihak yang satu dengan pihak yang lain. Sehingga yang salah akan mengetahui dimana letak kesalahan mereka serta tahu bagaimana yang seharusnya dilakukan terhadap kesalahan yang telah diperbuatnya. Di pihak yang benar juga perlu menyadari bahwa kebenaran manusia itu bersifat relatif, baik terhadap ruang maupun terhadap waktu.

Kebenaran Al Qur'an nya sendiri bersifat universal, tidak tersekat-sekat oleh ruang dan waktu.

Tetapi begitu dijabarkan oleh alam pikir manusia, maka kebenaran universal tersebut menjadi kontekstual dan oleh karenanya bersifat relatif. Sebab cara berfikir manusia sangat dipengaruhi oleh, salah satunya adalah kondisi faktor lingkungan sosial budaya. Namun justru dengan perbedaan-perbedaan yang muncul maka kehidupan kajian menjadi sangat dinamis. Kondisi yang demikian tersebut merupakan potensi untuk terjadinya perkembangan lebih lanjut.

Untuk itu sesuai dengan Rukun Iman yang keempat  yaitu Iman terhadap Kitab,  marilah pelajari kembali Al Qur’an sesuai dengan apa yang Al Qur'an telah anjurkan pada kita, agar kehidupan semua dapat menjadi lebih baik.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun